Tantangan Berat Seorang Jurnalis di Tengah Pandemi
Oleh: Mochamad Nur Rofiq
 
blokTuban.com - Pendemi Covid-19 yang melanda Indonesia berdampak pada tatanan kehidupan. Tak terkecuali di dunia jurnalistik. 
 
Sebagai jurnalis atau wartawan, pada kondisi semacam ini sungguh sangat berat dan menantang. Sebab di tengah gencetan Pandemi Covid-19, seorang wartawan tetap dituntut untuk menjalankan tugasnya menyampaikan informasi di garda terdepan.
 
Di era normal baru ini, sebagai wartawan setidaknya ada empat tantangan yang harus dihadapi. Pertama, profesi wartawan tergolong dalam Orang Dalam Resiko atau ODR. Sebab saat menjalankan tugas mulia ini, untuk mendapatkan data yang faktual dan valid, wartawan sangat rentan tertular virus Covid-19 dari siapapun.
 
Tantangan kedua, berita hoax yang menjadi momok harus segera diluruskan agar tidak menyesatkan publik. Untuk itu, turun di lapangan secara langsung untuk mendapatkan data dan fakta mutlak harus dilakukan. Sementara itu virus Corona tersebut selalu mengancam jiwa.
 
Tantangan ketiga, selain mencari, mengolah, dan memberikan kabar kepada halayak, profesi wartawan memiliki tugas memberikan edukasi kepada masyarakat. Oleh sebab itu, berita yang disajikan kepada masyarakat sedapat mungkin memberi pelajaran positif. 
 
Selain itu, tugas profesi sebagai wartawan di era pandemi adalah jadi agen ubah laku disiplin 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak). Dengan demikian, edukasi yang tepat diharapkan tersampaikan ke masyarakat.
 
Yang terakhir, tangan ke empat bagi wartawan adalah pemutusan hubungan kerja atau PHK. Profesi wartawan termasuk bagian dari pekerjaan yang rawan PHK. Sebab, bisa jadi perusahaan tidak bisa menghindar dari kondisi lemahnya ekonomi akibat pandemi. 
 
Belum lagi, pemberitaan terkait Covid-19 secara terus menerus tak jarang membuat bosan, jenuh, hingga depresi. Untuk itu aktivitas sesuai hobi masing-masing menjadi cara yang relatif efektif untuk menghilangkan jenuh dan meningkatkan imun, agar selalu sehat dan terhindar dari virus Corona.
 
Berita harus tetap akurat dan berkualitas
 
Mau tidak mau, sebagai wartawan harus kreatif semaksimal mungkin. Agar keakuratan berita dan kualitas informasi tetap terjaga.
 
Metode jurnalis yang paling jitu untuk keakuratan informasi adalah wawancara langsung. Namun karena situasi pandemi tidak mungkin semua narasumber bisa diwawancarai tatap muka.
 
Untuk itu, dengan teknologi modern wartawan tidak boleh gaptek. Sehingga jika tidak bisa tatap muka dapat melakukan wawancara dengan saluran telepon dan video.
 
Rupanya pandemi Covid-19 bisa diambil hikmahnya. Sebab, muncul ruang-ruang diskusi publik seperti webinar, pelatihan daring dari dalam maupun luar negeri yang bisa diakses secara online. Tentu hal itu bisa menambah ilmu jurnalistik untuk meningkatkan kualitas berita. [rof]