Memberi Hadiah untuk Anak, Pertimbangkan Dampaknya

Reporter: -

blokTuban.com - Tidak ada yang salah dengan keputusanmu memberi hadiah untuk anak. Namun sebagai orang tua, ada baiknya kamu mengetahui bagaimana dampak dari hal tersebut.

"Kita tahu bahwa materialisme adalah salah satu resep untuk kesengsaraan," kata Christine Carter, PhD, seorang sosiolog dan Senior Fellow di Greater Good Science Center di UC Berkeley.

Jadi apa yang bisa kamu lakukan sebagai orang tua? Memberi hadiah berupa pengalaman dan bukan materi atau barang adalah awal yang baik untuk memulai.

"Jika kamu melihat pada penelitian, kamu sebaiknya memberi pengalaman, bukan barang," ujar Carter. "Apa yang kita alami ketika kita membuka hadiah, selain dari unsur kejutan, itu bukan emosi yang positif."

Dengan kata lain, membuka hal-hal baru akan mengaktifkan sistem penghargaan di otak kita hanya pada tingkat permukaan. Itu jelas bukan mekanisme yang bisa memberikan perasaan kebahagiaan lebih dalam dan lebih lama.

Menerima hadiah dalam bentuk fisik akan mengarah pada adaptasi hedonis, sebuah fenomena di mana tidak peduli seberapa baik atau buruk sesuatu yang membuat kita merasa seperti itu, kita akan terbiasa dan segera kembali ke tingkat kebahagiaan kita sebelumnya.

Ini terjadi karena efek langsung dari sebuah peristiwa akan memudar seiring waktu. Dan bahkan efek yang tersisa menjadi biasa saja.

Kata lain untuk fenomena ini adalah treadmill hedonis. Alasannya, memberi hadiah agar anak-anak gembira hampir sama seperti berlari di treadmill. Itu bikin kamu lelah tetapi tidak membawamu ke mana pun.

Sebaliknya, memberi pengalaman akan menyebabkan reaksi neurokimia yang sama sekali berbeda --dialami sebagai emosi positif seperti kebahagiaan atau kegembiraan.

Alasannya sederhana. Pengalaman akan berakhir sebelum kita punya waktu untuk beradaptasi. Ini membuatnya bertahan lama dan memberikan perasaan bahagia dalam jangka waktu lebih lama.

Carter menyebut, selain kebahagiaan, pengalaman juga bisa membawa kita pada hal-hal yang lebih bermakna. "Cinta dan koneksi, kekuatan karakter yang dibagikan, keingintahuan tentang sesuatu, hal-hal yang memiliki manfaat besar."

Memang tidaklah mudah mengubah tradisi ini, apalagi ketika budaya populer mengarahkan agar anak-anak terbiasa dengan unsur yang bersifat materi. Namun ada caranya:

1. Bangun tradisi yang baru, alih-alih memberikan hadiah dalam bentuk barang, berilah pengalaman.

Namun jangan sekadar memberi mereka pengalaman. Jelaskan pula bahwa itu karena kamu sebagai keluarga menghargai multikulturalisme dan petualangan.

2. Pahami bahwa kamu juga merupakan bagian dari pengalaman. Jangan menjadikannya tidak menyenangkan.

Misalnya, ketika kamu lelah dan stres sepanjang waktu saat liburan bersama anak, ia bisa mengetahuinya dan itu membahayakan pengalamannya. Baik kamu dan anak akan jauh lebih bahagia jika memilih sesuatu yang dapat dinikmati berdua.

3. Setelah anak cukup umur untuk melakukan banyak hal sendiri, kamu bisa memberi mereka lebih banyak kebebasan dalam meminta apa pun yang mereka inginkan. Namun, ajarkan mereka agar mau sedikit berusaha.

Sebagai contoh, saat anak meminta izin liburan ke luar kota, belikan tiket pesawatnya, sementara mereka menabung uang saku untuk mereka sendiri selama liburan.

4. Kamu bisa memberi hadiah berupa materi yang masih terhubung dengan pengalaman. Jika anakmu suka bermain sepak bola, setidaknya kamu belikan mereka sepatu bola, sarung tangan kiper, atau barang-barang yang mereka butuhkan terkait olahraga tersebut.

*Sumber: kompas.com