Pers Mahasiswa se-Madura ikuti Pelatihan Cek Fakta AJI

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerjasama dengan jaringan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) dan kampus IAIN Madura, menyelenggarakan Halfday Workshop Hoax Busting and Digital Hygine, Sabtu (21/9/2019). Kegiatan yang berlangsung di Gedung Pertemuan Fakultas Tarbiyah ini diikuti 85 aktivis pers mahasiswa se-Pulau Madura.

Kegiatan di Kabupaten Pamekasan ini diisi oleh dua trainer tersertifikasi Google. Pertama Arsito (Jurnalis Suara.com) dan Kedua Edy Purnomo (Jurnalis blokTuban.com).

Pengurus PPMI DK Madura, Gafur Abdullah memberikan apresiasi kepada AJI. Sebab telah memberi kesempatan pada PPMI DK Madura untuk bekerjasama menyelenggarakan acara ini.

"Terimakasih kepada AJI yang sudah memberikan kepercayaan pada PPMI DK Madura untuk menyelenggarakan acara ini," ujar Gafur di Pamekasan.

Gafur berharap, kerjasama antara PPMI dan AJI tetap terjalin melakukan pengkaderan aktivis pers kampus. "Atas nama PPMI, kami juga berharap kepada AJI untuk tidak bosan membimbing aktivis Persma (Pers Mahasiswa) di Madura," tandasnya.

Perlu diketahui, kegiatan Halfday Workshop Hoax Busting and Digital Hygine ini, digelar serentak di 20 kota dan diikuti lebih dari 1.000 peserta.

Ketua Umum AJI, Abdul Manan mengatakan, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh fenomena sangat banyak dan cepatnya penyebaran informasi di era digital, terutama melalui media sosial. Muatan dari informasi itu beragam. Mulai dari informasi yang bermanfaat dan dibutuhkan publik hingga informasi palsu (hoaks), disinformasi, atau kabar bohong.

Penyebaran informasi palsu berupa teks, foto hingga video itu memiliki tujuan beragam. Ada yang sekadar untuk lelucon, tapi ada juga yang mengandung kepentingan politik atau ekonomi. "Yang merisaukan, hoaks ini menyebar sangat mudah dan cepat di sosial media. Tidak sedikit publik yang serta merta mempercayainya," kata Abdul Manan di Jakarta, Sabtu (20/9/2019).

Bukan hanya publik yang mempercayai dan menyebarluaskan informasi palsu tersebut. Terkadang media pun turut mendistribusikannya. Entah karena ketidaktahuan, sekadar ingin menyampaikan 'informasi' secara cepat, atau memang sengaja untuk tujuan-tujuan tertentu.

Mudahnya penyebaran informasi palsu itu dipicu oleh banyak sebab, termasuk karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang apa itu informasi palsu dan bagaimana cara menangkalnya.

Situasi semacam itulah yang mendorong Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan dukungan Internews dan Google News Initiative, mengadakan halfday basic workshop serentak di 20 kota.

Kegiatan ini diperuntukkan bagi masyarakat umum, mahasiswa, dan akademisi, agar bisa melakukan pengecekan fakta secara mandiri.

Materi yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi teknik mendeteksi informasi palsu, selain bagaimana berselancar di dunia digital yang sehat dan aman.
"Salah satu tujuan praktis dari kegiatan ini adalah agar masyarakat dapat melakukan verifikasi sendiri terhadap informasi yang beredar di dunia digital, khususnya media sosial," kata Manan.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI), Rahmad Ali mengatakan, kolaborasi dengan AJI ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa, khususnya aktivis pers mahasiswa, dalam memfilter informasi.

Harapan tertingginya adalah mendorong mahasiswa untuk ikut menjadi penangkal hoaks. "Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan keterampilan Persma dalam memanfaatkan tools pengecekan fakta sehingga bisa terlibat dalam kampanye memerangi hoaks," ujarnya.

Kegiatan workshop ini digelar serentak di kota-kota berikut: Surabaya, Jember, Jombang, Pamekasan, Malang (Jawa Timur); Pekalongan (Jawa Tengah); Medan (Sumatera Utara), Mataram (Nusa Tenggara Barat); Makassar (Sulawesi Selatan); Palu (Sulawesi Tenggara); dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan).

Dalam pelaksanaan workshop ini AJI bekerja sama dengan pers mahasiswa jaringan PPMI dan perguruan tinggi. Persma yang menjadi partner adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teknokra, Universitas Lampung dan Asosiasi Pers Mahasiswa Sumatera.

Sedangkan perguruan tinggi yang menjadi mitra AJI dalam kegiatan ini masing-masing: Universitas Al Azhar, Universitas Sahid (Jakarta); Universitas Bunda Mulia, Serpong (Tangerang Selatan); Fakultas Ilmu Komunikasi (Universitas Panglima Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah); Institut Agama Islam Negeri Parepare (Sulawesi Selatan); Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Aceh Tengah; Universitas Islam Negeri Sultan Thaha (Jambi); dan Universitas Dehasen (Bengkulu).

Untuk kegiatan Halfday Workshop Hoax Busting and Digital Hygine ini, ada lebih dari 2.000 peserta dari 20 kota yang mendaftarkan diri.

Pada tahun 2019 ini, AJI menargetkan bisa melatih 3.000 pengecek fakta secara nasional. Dalam program yang sama tahun 2018 lalu, AJI telah melatih 2.622 pengecek fakta dari unsur jurnalis, mahasiswa dan akademisi. [rof/rom]