Waspada Bila Anak Tampak Begitu Lamban dan Mudah Jatuh

Reporter: -

blokTuban.com - Moms, pernahkah Anda menyadari bahwa gerakan anak begitu lamban? Saat mengenakan pakaian sendiri, misalnya. Tak cuma di rumah, guru pun sudah melaporkannya pada Anda selama si kecil beraktivitas di sekolah.

Ternyata dalam istilah bebas medisnya disebut clumsy child. Dalam terminologi terbaru, ini disebut Gangguan Perkembangan Koordinasi atau GPK, sebagai terjemahan dari Developmental Coordination Disorder. Artinya gangguan gerak yang berpengaruh terhadap kemampuan untuk melakukan tugas umum sehari-hari.

Dr. Jenni K. Dahliana, Sp.A dalam laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa gangguan ini bukan karena kelainan virus atau ketajaman penglihatan, mental retardasi atau palsi serebral. Tetapi karena ketidakmampuan melakukan koordinasi antara beberapa fungsi sensoris, gerak kasar dan halus.

Anak yang menderita gangguan ini kata Dr. Jenni, perlu mendapat perhatian yang serius dari orang tua dan guru sekolah dasar, Moms, mengingat dampaknya terhadap tumbuh kembang anak. Gangguan pertumbuhan yang dimaksud di sini adalah anak bisa menjadi gemuk atau obesitas, karena menarik diri dari aktivitas fisik. Bagaimana tidak, saat teman-temannya semua bisa lebih cepat dan ia tertinggal, ia pun merasa gagal dan semakin menghindari dari kegiatan fisik.

Sedangkan gangguan perkembangan dapat berupa prestasi belajar atau akademik yang rendah, sering gagal dalam ujian karena tulisan yang jelek dan lamban.

Adapun gejala-gejala anak yang mengalami GPK adalah sebagai berikut:

Anak Usia Pra-Sekolah:

- Terlambat dalam perkembangan motor kasar dan halus.

- Sering menabrak benda, mudah jatuh, makan cenderung berantakan dan lebih memilih menggunakan tangan, kesulitan dalam menggenggam pensil atau menggunakan gunting.

Anak Usia Sekolah:

Aspek fisik :

- Mudah terjatuh bila berjalan atau lari, tidak dapat memperkirakan jarak secara akurat.

- Kesulitan beraktivitas fisik bersama teman seperti bermain sepak bola.

- Komentar dari guru olahraga: lamban dan kesulitan mempelajari aktivitas fisik yang baru.

Aspek belajar:

- Sering mengubah postur tubuh selama menulis untuk menyesuaikan posisi buku, lambat dalam menulis, tulisan tangan jelek karena kesulitan dalam memanipulasi pulpen.

- Tidak dapat memotong, melipat ketika melakukan kerajinan tangan.

Aspek perawatan diri:

- Sulit mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, sehingga tampak lusuh.

- Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman.

Yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk membantu anak adalah dengan mendorong si kecil agar giat berpartisipasi dalam olahraga yang disukainya, menetapkan tujuan jangan pendek yang realistis untuk anak, perkenalkan kegiatan individu terlebih dahulu baru berkelompok, fokus pada tujuan dari pelajaran yang diberikan, dan saling bekerja sama antar guru dan orang tua untuk membahas anak dan cara mengatasinya lebih detail, Moms.

*Sumber: kumparan.com