3 Bulan Menghilang, Mahasiswa Asal Papua Ketemu di Tuban

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Tiga bulan lalu Ferry Revino dan seluruh pihak Universitas Satya Wacana Salatiga kebingungan. Karena mahasiswanya bernama Obet Nelson Kamoe berusia 18 tahun menghilang tanpa pesan.

Ferry yang menjabat Kepala Biro Kemahasiswaan menduga, mahasiswa jurusan keperawatan itu memiliki persoalan pribadi. Hilangnya mahasiswa penerima beasiswa perusahaan Freeport tersebut, membuat gaduh seisi kampus.

Pencarian Obet pertama menyasar ke wilayah Semarang. Di sini tak ditemukan jejak apapun. Penyisiran pun terus dilakukan di beberapa wilayah di Jawa Tengah hingga tiga bulan lamanya.

"Tak ada pesan dari Obet. Dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar ke kampus," Kata Ferry.

Lama tak ada kabar, angin baik dari Timur pun datang. Obet diketahui mengalami kecelakaan di Jalur Pantura Desa Sobontoro Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Dia mengalami laka tunggal menabrak mobil pada Kamis (29/8/2019) kemarin.

Motornya Obet bernopol H-6187-K rusak parah. Bagian depan motor matic itu ringsek. Satlantas Polres Tuban pun langsung memprosesnya. Pemilik mobil setelah dimediasi, akhirnya tidak memperpanjang urusan dengan Obet.

Korban laka di Bumi Wali itu, langsung dibawa polisi ke RSUD Koesma Tuban. Dia diobatkan polisi karena bagian tangannya terluka. Hari ini Sabtu (31/8/2019), Obet bersama Ferry ditemani saudaranya Marion diundang ke Mapolres Tuban Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Di markas korps. berseragam cokelat itu, motor Obet sudah mulus. Bagian yang rusak sudah diganti dengan yang baru oleh polisi. Obet pun mengucapkan terimakasih kepada Kapolres Tuban, AKBP. Nanang Haryono.

"Terimakasih pak Kapolres. Semoga Polres Tuban semakin jaya," tegas Obet yang sedari awal mengkalungkan tas cokelatnya di lehernya.

Obet pun menceritakan jika selama tiga bulan dirinya di Surabaya. Dia mengunjungi saudaranya yang juga berasal dari Papua. Permintaan maaf juga disampaikan Obet, karena telah absen kuliah di semester 6 jurusan perawat.

Laka tunggalnya di Pantura Tambakboyo murni karena ngantuk. Dia memaksakan perjalanan setelah begadang semalaman di warung kopi Surabaya.

Obet pun mengakui jika tak punya cukup uang untuk ngekos semalam di Surabaya. Satu-satunya cara yaitu begadang di warung kopi terdekat.

"Iya murni ngantuk kemarin," terangnya.

Melihat perlakuan polisi, saudara Obet bernama Marion yang kuliah di Surabaya terharu dan nampak gugup. Hanya ucapan terimakasih yang keluar dari mulutnya.

Absennya kuliah Obet seketika menjadi perhatian Kapolres Nanang. Setelah memberi motivasi, Obet pun diminta berjanji untuk kembali kuliah dan rajin belajar untuk membanggakan Papua.

"Habis ini harus rajin kuliah. Motor sudah bagus dari yang semula ringsek," imbuh Kapolres Nanang yang telah menjadi bapak asuh pelajar Papua di Tuban.

Canda tawapun mengalir. Saat Kapolres menanyakan apakah punya Surat Ijin Mengemudi (SIM), Obet geleng-geleng kepala. Melihat jawaban itu, Kapolres hanya tersenyum dan mengedukasi bawah membawa motor di jalan raya harus bawa SIM.

Obet mengangguk. Tanda memahami apa pesan yang disampaikan Kapolres kelahiran Bojonegoro ini. Nanang kemudian meminta untuk segera mengurus surat mengemudi.

Sejenak prosesi serah terima motor berlangsung. Kapolres kemudian mengeluarkan amplop warna hitam tebal, dan menyerahkannya kepada Obet.

"Ini sedikit rejeki dari kami. Semoga bermanfaat untuk kamu," pesan Kapolres Nanang.

Amplop diterima. Dilanjutkan saling jabat tangan antara mahasiswa asal Papua dengan bapak asuh pelajar Papua di Tuban. Obet bersama Marion dan Ferry kemudian berpamitan, dan motor maticnya rencananya akan diambil pekan depan.

Kepedulian Kapolres inipun, bukan karena telah menjadi bapak asuh pelajar asal Papua. Lebih dari itu, ada dorongan moral sesama warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk saling tolong menolong dan mengasihi. [ali/rom]