Ini Kisah 4 Nelayan Tuban yang 10 Jam Terapung di Tengah Laut

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Laut yang tenang tak melahirkan pelaut handal. Pepatah itu kini diyakini benar oleh 4 nelayan asal Kelurahan Karangsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban. Mereka selamat usai insiden mengerikan di perairan Masalembu.  

Mereka adalah Rabin (60) pemilik kapal dan tiga Anak Buah Kapal (ABK)-nya yaitu Raji (65), Tasmiun (60), dan Suminto (40). Mereka masih hidup, meski selama 10 jam terombang-ambing di laut tanpa makan dan minum. 

Saat itu jarum jam menunjuk pukul 21.30 WIB. Kapal sepanjang 13 meter dengan lebar dua seperempat meter bernama "Luwes" masih tenang. Mereka masih menebar jarring seperti biasa.

Setengah jam kemudian, tiba-tiba gelombang besar datang. Awak kapal yang saat itu sedang membuat kopi hitam sudah tak enak perasaannya. Setiap kali gelombang datang, gelas kopinya terangkat. 

Ada 4 orang nelayan di kapal itu. Detik itulah menjadi awal kisah mengerikan pelayaran di Ujung Pangkah Perairan Masalembu sekitar Pulau Bawean Gresik tersebut. 

Rabu, 28 Agustus 2019 menjadi hari di mana nyawa Rabin (60) seolah ditarik ulur malaikat maut. Ganasnya gelombang laut sulit ditebak. Kapal Luwes pun terbalik.

 Ikan sekitar satu kwintal yang sudah dikumpulkan kembali tumpah ke laut, beserta seluruh isi kapal. Bahkan empat nelayang penumpangnya ikut tercecer ke laut. 

Kondisi di tengah laut waktu itu gelap. Pandangan Rabin tak begitu jelas. Dia sempat tenggelam dan timbul lagi. Posisi dia dan kapalnya cukup jauh. Begitupula tiga ABK nya juga terpencar. 

Dalam kondisi setengah sadar, Rabin masih punya tenaga untuk berenang. Karena dia memang bisa berenang karena kebiasaan. 

Sempat terengah-engah, tangan Rabin akhirnya memegang mesin kapalnya yang sudah mati kena air asin. Dari situlah, pria berkulit sawo matang itu berteriak memanggil tiga ABKnya. 

"Ayo-ayo mendekat ke kapal," pekik Rabin mengisahkan tragedi laka laut yang dialaminya kepada blokTuban.com di kediamannya Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban, Jumat (30/8/2019). 

Sayup-sayup suara Rabin didengar oleh ketiga ABKnya, kemudian mereka mendekat ke kapal yang sudah dalam kondisinya terbalik. Mereka melewati malam tanpa arah di tengah laut. Hampir tanpa harapan. Mereka bersyukur malam itu, nyawa mereka selamat. 

Sudah 10 jam berlalu. Fajar dari Timur pun datang. Terik mentari memberi secercah harapan baru. Doa keempatnya ada kapal lewat, supaya bisa menepi. 

Doa tersebut terjawab. Sekitar pukul 08.00 WIB, sebuah Kapal TB SANLE 20 

dari Sampit, Kalimantan kebetulan melintas. Mereka yang sebelumnya bertahan di atas kapal yag sudah terbalik itu  langsung diselamatkan dan ikut berlabuh sampai di Pelabuhan Gresik. 

Pukul 22.00 WIB Kamis (29/8/2019), Kapal TB SANLE 20 sandar. Keempat nelayan pun turun. Mereka bertolak ke Tuban dan tiba di rumahnya selamat sekitar pukul 05.00 WIB. 

Selama di kapal, mereka bersyukur karena dirawat oleh ABK Kapal TB SANLE 20. Sekaligus diberi makan dan minum agar kesehatan kembali pulih. Mengingat 10 jam mereka tak bisa berbuat apa-apa. 

"Kami tidak memiliki alat komunikasi apapun sehingga untuk menghubungi keluarga tidak bisa," terangnya. 

Respon cepat pun dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Syahbandar Tuban, Bobby Mulya Kusuma, dan Kapos Polair Tuban, Latif beserta timnya. 

Reporter blokTuban.com berkesempatan singgah di rumah Rabin, yang bersamaan dengan Syahbandar. Sebelumnya Kapos Polair bersama dua anggotanya telah tiba lebih awal. 

"Kalau ada apa-apa di laut baik itu kecelakaan maupun yang lain, langsung hubungi kami ya pak," pesan Syahbandar Bobby kepada Rabin. 

Sejenak mendengar kisah Rabin, Bobby kemudian mencatat dan langsung koordinasi dengan Syahbandar Gresik. Akhirnya diketahui titik koordinat laka laut posisi lintang-bujur 06 derajat 38,128'S-112 derajat 42,754'E, melalui berita acara yang ditandangani nahkoda Kapal TB SANLE 20, Piterson. 

"Kami akan koordinasi supaya kapal nelayan bisa dibawa ke tepi, supaya tidak mengganggu jalur pelayaran lain," tegas Bobby. 

Hari ini,  sebelum empat nelayan belum ada kabar selamat rencananya Syahbandar Tuban bersiap melakukan pencarian. Pihaknya memiliki dua unit kapal patroli KNP 485 dan KNP 50018 yang sewaktu-waktu bisa dikerahkan untuk melakukan pencarian. 

Berdasar perintah Kepala Kantor UPP Brondong Bapak Ferry Agust Satriyo seluruh personel dalam posisi standby. Ferry akan koordinasi dengan Basarnas Surabaya, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik, Syahbandar Utama Tanjung Perak juga Polairud Polda Jatim.

"Info dari BMKG Tanjung Perak mulai tangal 28 agustus hingga 31 Agustus 2019 tinggi gelombang di Perairan Utara Jawa Timur hingga Masalembu antara 1,5 hingga 3 meter dan ini sangat berbahaya untuk kapal nelayan," bebernya. 

Pesan serupa disampaikan Kapos Polair Tuban, Latif. Di antaranya setiap kali melaut, hendaknya mengenakan pelampung. Sekaligus sering koordinasi dengannya, jika ada sesuatu di laut. 

"Sepandai-pandainya nelayan melaut ada batas kekuatannya. Dengan pelampung itulah mari kita utamakan keselamatan," pintanya. 

Nasib baik masih memihak Rabin dan ketiga ABKnya. Apabila cuaca mendukung, Sabtu besok Sabtu (31/8/2019) rencananya, pihaknya akan mengambil perahunya di titik laka laut terjadi. [ali/ono]