Tanggap Bencana Tugas Baru Mahasiswa KKN Unirow

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Jas dan topi merah serempak dikenakan 417 mahasiswa Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban angkatan 2016 di Lapangan Wisuda Jalan Manunggal 61, Senin (26/8/2019).

Tepat setelah Sekretaris Daerah (Sekda) Tuban, Budi Wiyana didampingi Rektor Unirow, Supiana Dian Nurtjahyani menyematkan jaket kepada perwakilan dua mahasiswa, dalam acara pelepasan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2019.

Ratusan mahasiswa dari berbagai Program Studi (Prodi) tersebut, disebar di 20 desa yang ada di 10 kecamatan dalam sebulan penuh. Tugas mereka selain memberdayakan ekonomi warga melalui potensi desa, juga dituntut tanggap bencana.

Tanggap bencana tercatat dalam sejarah pertama, tema KKN kampus swasta terakreditasi B Ban-PT pada tahun ini. Sebelumnya tema KKN Unirow membangun Desa di tahun 2016. Sedangkan di tahun 2017 KKN bertemakan pemberdayaan masyarakat.

Maksud tanggap bencana kata Rektor Supiana Dian, bahwa alam sendiri kondisinya tidak dapat diprediksi. Di saat mahasiswa memberdayakan masyarakat misalnya di bidang ekowisata, tentu harus diprediksi potensi berkembangnya dan seberapa daya dukung lingkungannya.

"Kalau daya dukung lingkungan tak diprediksi, maka akan timbul bencana longsor maupun luapan air di bendungan desa setempat," ujar Rektor Dian kepada blokTuban.com.

kkn-unirow

Oleh karena itu, tanggap bencana disinergikan dengan pemberdayaan masyarakat melalui potensi desa. Mahasiswa maupun masyarakat harus paham, bahwa daya dukung lingkungan itu penting, karena kita hidup dalam lingkungan tersebut.

Apapun bentuk pemberdayaannya pasti berkaitan dengan lingkungannya. Baik segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Saat ini banyak potensi desa yang bisa diolah, seperti sawah bisa dimanfaatkan untuk cafe, bendungan juga bisa dipakai wisata, begitupula kebun bisa disulap jadi agrowisata.

Kendati demikian, lokasi-lokasi tersebut tidak serta merta dieksplor saja tapi juga harus memikirkan sisi keseimbangannya. Dalam segi ekologis pasti ada interaksi antara abiotik dan non abiotik. Jika keduanya bisa disinergikan tentu interaksinya berjalan dengan baik.

"Itulah tugas mahasiswa sebagai agen inovasi dengan cara mendampingi masyarakat, supaya warga sadar potensi lokal jika dikelola dengan baik akan berdaya saing," imbuhnya.

Dian menambahkan, di era global saat ini kerap timbul pesimis bahwa di desa tak bisa berkembang. Padahal potensi lokal baik di Tuban dan Indonesia ini sangat kaya, yang karakteristiknya berbeda dengan negara lain. Hal itu memiliki nilai jual yang tinggi jika bisa mengemas.

Sentuhan teknologi dalam pengemasan juga penting, misalnya mengubah singkong jadi tela-tela. Begitupula memanfaatkan alat sederhana berupa tutup botol, untuk membersihkan sisik ikan yang tak butuh teknologi tinggi.

Mewakili Bupati Tuban, Sekda Budi Wiyana berterimakasih kepada Unirow karena tak pernah berhenti bersinergi dan akhir tujuannya menyejahterakan masyarakat yang diwujudkan dalam KKN.

"KKN kali ini temanya cukup signifikan, sangat membantu Pemkab dan masyarakat," terang Budi.

Birokrat asal Nganjuk ini juga mengapresiasi upaya Unirow dari sisi akademisnya dan pengabdian masyarakat dapat optimalkan lagi. Budi yakin Unirow mampu lebih baik dari kondisi sebelumnya.

"Kami harapkan hasil akhir KKN bisa dilaporkan secara tematik supaya bisa disinergikan dengan program Pemkab," tutupnya. [ali/rom]