Indonesia Images Berbagi Jurus Jitu Menulis Features

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Indonesia Images yang digawangi Hendro D. Laksono pada Sabtu (27/7/2019) menggelar kegiatan kelas jurnalistik Imaji Indonesia di Warung Update Jalan Diponegoro 120 Bojonegoro. Kegiatan yang melibatkan wartawan, karyawan lembaga pemerintahan, blogger hingga pegiat medsos tersebut, mengulik beberapa jurus jitu cara menulis features.

"Feature itu karya jurnalistik yang berdiri sendiri, bukan opini," kata Hendro dalam paparan materinya.

Hendro menegaskan, feature bisa dibaca kapan saja. Berbeda dengan news yang usianya lebih pendek. Konten feature yang dicari orang.

Rata-rata feature tidak memburu tema terkini. Dia akan mengambil isu misalnya pria yang berangkat haji dengan uang logam. Lainnya isu alternatif, human interest, emosional, wisata, budaya, gaya hidup, bahkan isu jenaka.

Masih kata Hendro, feature itu kreatif dan kadang subjektif. Dalam takaran tertentu, penulis boleh memasukkan opini. Penyajian bebas, tidak terikat pakem penulisan karya jurnalistik baku.

"Feature juga dikenal gaya penyajian. Agar tema berat bisa tersaji lebih ringan," terangnya.

Bagi penulis atau wartawan, tentu memiliki segudang alasan menulis feature. Adapun yang ditawarkan feature yaitu, kekuatan data bukan kekuatan beropini. Karena karya jurnaliatik tidak berbeda dengan karya santra, tergantung data dan penyajian.

Poin lainnya sumber data. Mencari data, berarti mencari jejak. Menemukan satu pintu, selanjutnya mulai membuat penelusuran. Dapat diperoleh dari paper trail mencakup data tertulis. Bisa press release, dokumen, arsip, dll.

Electronic trail bisa dari internet, rekaman, maupun video. People trail: Narsum manusia. Ini tantangan terberat, karena problem utamanya pada kekuatan atau kemampuan menentukan narsum yang berkompeten.

"Sesudahnya kita bisa mulai melakukan penggalian dengan wawancara dan pengamatan," terangnya.

Dari wawancara kita mengembangkan data 5W 1 H. Who atau siapa bukan sekedar data. What atau apa yang terjadi, apa yang sesungguhnya terjadi. Sebelum apa yg terjadi ada kejadian apa? Apakah kejadian ini ada hubungannya dengan kejadian serupa lainnya?

When, kapan. Tanggal, jam, saat matahari berada dimana. Bulan purnamakah. Musim kemarau atau hujan. Tanggal kejadian. Apakah sama dengan tgl kejadian lain. Momentum.

Where, dimana. Dimana persisnya ini terjadi. Nama jalan, desa, kecamatan. Why, mengapa. Mengapa terjadi. Alasan, motif, sebab-akibat, analisa, kemungkinan, tabrakan motif, benturan, kepentingan kesamaan sebab, perilaku sosial.

"Mengapa mengeluarkan investigasi karena masyarakat harus tahu," beber bapak dari dua anak itu.

How, bagaimana. Bagaimana kejadiannya, tuntutan peristiwa. Kronologi. Detail tahap demi tahap. Kesamaan model peristiwa sebelumnya.

Kunci kedua adalah kepekaan. Kepekaan yang selalu terukur. Membangun kepekaaan berarti membangun kemampuan. Kunci ketiga, menulislah tanpa menunda. Alasan kenapa langsung menulis, karena menusia mahluk terbatas.

Dalam menulis featur tentu harus berpijak pada angle. Sesuatu yang tak biasa, kontroversial, menyentuh, dan menarik perhatian. Lebih dari itu, menciptakan alur, mengalir seperti air, falshback, point to point.

"Dalam menulis feature juga harus ada isu utama dan isu pendukung. Cerita tentang manusia adalah prioritas. Yang disebut cerita manusia itu tidak melulu soal manusia bisa benda," tutupnya. [ali/rom]

*Hendro D. Laksono membeberkan jurus jitu menulis feature.