Cerita Pak Senen Bakri, Sales Pompa Dari Instansi ke Instansi

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Bicara soal perputaran ekonomi, sampai sekarang tak ada yang bisa mengalahkan usaha berdagang. Dalam berdagang sendiri, banyak seni dan metode marketing yang dipakai seller dalam memasarkan barang dagangnya. Seperti yang dilakukan seorang sales pompa asal Sragen Jawa Tengah ini misalnya.

Namanya Senen Bakri. Panggilan akrabnya Pak Bakri, tapi lebih enak kalau panggil Pak Senen karena unik seperti sebutan nama hari. Lelaki yang biasa berdagang produk pompa kendaraan, baik motor, mobil,maupun sepeda ini, sering berkeliaran di instansi-instansi pemerintahan.

Tim blokTuban.com berkesempatan menjumpai Pak Bakri di sekitaran Kantor Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Tuban.

Di tengah asyiknya berbincang, ngobrol, sharing santai dengan Kepala Disparbudpora Tuban, Sulistyadi atau akrab disapa Pak Didit, beserta Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata, Suwanto beserta beberapa staff Disparbudpora, Pak Bakri pun hadir menawarkan barang.

"Ini saya jelaskan dulu secara rinci, biar tahu, masuk akal, masuk logika," ujar Bakri kepada beberapa orang termasuk tim blokTuban.com salah satunya, ditengah perbincangan santai nan mengalir.

Pak Bakri menjelaskan spek produknya, pompa manual yang memiliki 2 jenis umum. Satu ukuran panjang, satunya lagi lebih pendek. Terkesan praktis dan ringkas. Pompa kecil bisa dimasukkan ke bagasi jok motor ataupun dibawa kedalam tas, sedang yang panjang juga bisa dibawa dalam berkendara di belakang ruang kosong kursi mobil.

"Kalau keawetannya (ketahanan*red), jelas yang panjang. Yang panjang ini dibuat dari besi, kalau yang kecil, lebih pendek ini lebih praktis. Tapi dibuat dari bahan plastik," papar lelaki yang kini menetap di bilangan Bedahan, Babat, Kabupaten Lamongan itu sembari mempresentasikan produk yang ia bawa.

Ada 3 varian warna pompa yang ditawarkan. Warna merah, hijau, dan biru pada masing-masing pompa, baik yang pendek maupun yang panjang. Harganya, pompa imut mini Rp 25.000 per biji. Sedangkan yang panjang terpaut Rp 10.000 dari pompa ukuran mini.

"Jadi memang sengaja saya datang ke kantor Dinas ini untuk jemput bola," tandas Pak Bakri.

"Ya kalau begini bukan sales jemput bola, tapi rebut bola," canda beberapa orang Disparbudpora disambung gelak tawa lain bersautan.

"Siap Bos. Saya sering ke kantor-kantor instansi, tapi kalau Minggu sudah pasti standby di Pasar Sapi Tuban. Kan ramai, pembelinya banyak," sahut Pak Bakri.

Pernah Diserbu Pembeli Polres Nganjuk dan Anggota

Pak Bakri yang sudah puluhan tahun menjadi sales pompa dari instansi ke instansi ini, merupakan tangan kedua dari produsen langsung di luar negeri sana. Dia dapat kiriman dari peti kemas, dari pusat menuju pelabuhan bilangan Surabaya.

Kendati tergolong sebagai pengusaha sekaligus sales mandiri yang gigih, lelaki usia 48 tahun itu rupanya tak mesti berpenghasilan pasti dalam sehari.

"Nggak pasti penghasilan sehari. Tapi, paling banyak pas pelaris Kapolres Nganjuk," kata Pak Bakri mengulas ingatannya silam.

Kala itu sedang dalam acara giat bulan puasa, di mana pengajian berlangsung di salah satu Majid kawasan Nganjuk. Ia yang kebetulan sedang berada di kota yang sama, mencoba menawarkan barang dagangnya ke salah seorang polisi.

"Pas itu di Masjid saya tawarkan barang. Katanya pak Kapolres, 'nanti saja setelah pengajian'. Begitu Mas," ceritanya kepada blokTuban.com.

Setelah keluar dari acara pengajian di Masjid, Kapolres pun berdialog singkat degan Pak Bakri.

"Coba lihat, buat mobil bisa?" tanya Kapolres.

"Bisa, sangat bisa Ndan. Sepeda, motor, maupun mobil, bisa semua," jawab Pak Bakri menirukan dialog kala itu.

Sejurus kemudian, Kapolres tersebut menanyakan berapa harga pompa yang dijual Pak Bakri.

"Harganya 350 ribu Ndan," jawabnya singkat.

"Lhoh, kok bisa mahal begitu," kata Kapolres yang saat itu sempat kaget, namun secepat kilat Pak Bakri menimpali jika 350 ribu itu dapat 10 biji.

Pak Bakri memang tahu, bagaimana menjalin komunikasi yang cair dengan nada guyon agar Kapolres bisa santai dan antusias menanggapinya. Masih dalam suasana cair, akhirnya Kapolres membeli 1 pompa dari Pak Bakri.

"Setelah itu, beberapa polisi nampak keluar dan bertanya 'itu apa Ndan?' ya dari sana saya batu tahu kalau Pak Polisi yang saya tawarkan barang adalah Kapolres," tuturnya.

"Ini pompa, buat mobil kuat juga kok," sahut Kapolres menanggapi pertanyaan berapa anggotanya.

Ya, selama hampir sehari berjualan, sore itu Pak Bakri mendapat pelaris dari Kapolres Nganjuk. Ditambah lagi dengan bantuan Kapolres yang menjawab pertanyaan berbau penasaran dari anggotanya, akhirnya dagangan Pompa Pak Bakri dibeli habis.

"Akhirnya dibeli, dan habis. Setelah itu saya pulang untuk ambil barang lagi, dan habis separo. Baru kali itu dapat rezeki besar dalam waktu sekejap," kenangnya.

Dari hasil penjualan saat itu uang yang dihasilkan cukup banyak, yakni sekitar 2,5 juta.

Jualan Sistem Potong Gaji di Kantor Jokowi

Sekian lama Pak Bakri berjualan pompa dengan gaya unik dan nyeleneh bak sales profesional, ia juga pernah mampir di Balai kota Solo. Tempat di mana Jokowi kala itu berdinas sebagai Walikota.

"Jual sistem potong gaji ya pernah, paling banyak di tempat Pak Jokowi," paparnya.

Dia menceritakan peristiwa pada tahun 2006. Saat itu jualan di Kantor Balai Kota Solo, yang mana produk tak boleh dibeli, tapi dipinjamkan untuk waktu yang ditentukan.

"Saya pinjamkan tapi ada syaratnya. Pakai daftar nama dan slip gaji pegawai. Jadi kalau gak dikembalikan, dipotong gaji sekali. Kita hubungan dengan Bendaharanya," terang Pak Bakri

Tak main-main, sebanyak 350 biji pompa disewakan dan laku di satu tempat. Dalam tahap percobaan barang yang dipakai pelanggan dari Balai Kota Solo, belum ada satu bulan itu sudah dihubungi pihak Bendahara.

"Ditelfon sama Bendaharanya, Bapak gak butuh uang ya pak? Saya jawab ya butuh, namanya orang kok gak butuh uang," kata dia mencoba mengenang pembicaraan via telfon yang terjadi sekitar 13 tahun silam.

Jadi semua barang yang diuji cobaan kepada pegawai disana dibeli semua, "Alhamdulillah dibeli semua. Malah tambah lagi 25 pompa e Mas," tukasnya kepada blokTuban.com.

Berkaitan dengan sistem penjualan produk, ia mengaku menggunakan sistem pakai dulu baru beli. Barang tidak boleh dibeli secara langsung, namun dipinjamkan dulu selama satu bulan

"Dalam hal kerja atau apapun, saya kira sama sistemnya. Jadi saat itu saya sewakan dulu, kalau terbukti omongan saya monggo dibeli. Kalau gak mau beli saya bisa kembali buat ambil barangnya. Semuanya itu karena perlu bukti bukan janji," ringkas pengusaha mandiri tersebut. [feb/ito]