Saran Psikolog untuk Persiapkan Mental Sebelum Menikah

Reporter: -

blokTuban.com - Melaksanakan pernikahan menjadi keinginan pasangan yang merasa yakin satu sama lain. Banyak yang sudah membayangkan betapa bahagianya mengadakan acara pernikahan dan hidup bersama dengan orang yang dicintai.

Tapi jangan lupa, bahwa ketika melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama pasangan, bukan berarti Anda akan selalu menikmati manisnya kehidupan. Dalam hidup ini tidak ada yang sempurna, selalu saja ada masalah dan rintangan yang harus dihadapi. Mungkin saja masalah sudah mulai timbul ketika Anda dan pasangan baru memutuskan untuk menikah.

Perlu disadari pernikahan bukan hanya tentang Anda dan pasangan, tetapi juga melibatkan orang tua, keluarga, dan orang-orang terdekat. Masuknya pendapat atau pandangan yang berbeda dari orang lain, dapat membuat proses persiapan menjadi kurang nyaman. Bisa juga Anda dan pasangan mendadak tidak kompak saat menyiapkan segala hal untuk pernikahan karena rentan konflik. Kondisi seperti itu harus dicari solusinya.

Selain itu, setelah menggelar acara pernikahan, Anda memulai kehidupan baru bersama pasangan. Jika terjadi perselisihan, sudah tak bisa lagi melakukan putus-sambung seperti kala berpacaran. Semua harus dihadapi bersama.

Jadi, sangat penting mempersiapkan mental untuk menghadapi tantangan dalam pernikahan. “Saat seseorang menikah tanpa mempersiapkan diri secara psikologis, risiko paling sering adalah perceraian di usia pernikahan yang baru sebentar,” jelas Ega Alfath, M.Psi., Psikolog, saat dihubungi kumparan pada Selasa (12/6).

Menurut Ega Alfath, terdapat 3 formula yang dapat membantu mempersiapkan mental sebelum menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga. Formula itu juga bisa digunakan dalam mengarungi pernikahan nantinya. Apa saja tiga formula tersebut? Simak penjelasannya berikut ini:

1. Sadar

Anda harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, termasuk pasangan, keluarga besar, dan teman-teman dari pasangan. Kekurangan tidak hanya ada pada mereka, tetapi juga pada diri Anda. Bila ada konflik yang muncul berulang kali, sebaiknya Anda bersama pasangan sadar diri mencari penyebabnya untuk mengantisipasi atau menyelesaikan masalah itu.

2. Tahu

Tak hanya mengetahui perasaan yang saling mencintai, tapi kita juga perlu mengetahui tentang kebutuhan, harapan, dan visi pernikahan yang Anda dan pasangan miliki untuk menyelaraskan tujuan hidup. Memiliki pengetahuan tentang ilmu pernikahan juga perlu untuk mengedukasi diri.

3. Mau

Anda dan pasangan harus mau berjuang dan komitmen bersama pasangan. Berjuang untuk saling memperbaiki diri, memaafkan kesalahan diri dan pasangan dalam hubungan. Mau terbuka mengenai apa yang membuat kita nyaman dan tidak. Pertikaian hebat dalam kehidupan berpasangan seringkali terjadi bukan karena suatu masalah besar saja, tetapi ketidaknyamanan yang kecil dan menumpuk dalam hubungan.

“Kebanyakan pernikahan kandas bukan karena hilangnya cinta, tapi karena hilangnya kemauan untuk tetap memperjuangkan hubungan,” tutup Ega.

Bagaimana? Apakah Anda sudah siap menempuh jenjang pernikahan?

*Sumber: kumparan.com