Dilema Baju Lebaran, Beli Baru atau Pakai yang Lama?

Reporter: -

blokTuban.com - Banyak yang bilang, tidak sah rasanya jika merayakan Lebaran tanpa mengenakan baju baru. Mungkin ini sebabnya, banyak pedagang baju muslim yang mengalami kenaikan omzet penjualan setiap bulan Ramadhan dan menjelang hari raya.

Berdasarkan pantauan kumparan di Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu, keuntungan yang didapatkan penjual busana muslim di Ramadhan 2019 ini sangat meningkat.

"Iya sebelum Ramadhan ini naik sekali. Ada lah 70 persen kenaikannya,” ujar Ridho, salah satu pedagang gamis di Blok A Tanah Abang saat diwawancarai kumparan, beberapa waktu lalu.

Pedagang lainnya, Fajri, mengaku mendapatkan omzet hingga 80 persen dengan menjual baju koko seharga Rp 80 ribu hingga Rp 150 ribu per potongnya. Karena banyaknya permintaan, Fajri bahkan telah menyiapkan stok pakaian sejak minggu ketiga Maret lalu. Dan selama bulan Ramadhan, dia mengaku bisa menjual sekitar 2.500 setel baju koko.

Melihat hal ini, bisa dibilang membeli baju Lebaran menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan bagi banyak orang.

Namun banyak juga yang berpendapat bahwa sayang sekali menghabiskan uang setiap tahun untuk membeli baju baru karena baju lebaran jarang terpakai di hari-hari biasa.

kumparan sempat bertanya kepada beberapa perempuan mengenai hal ini. Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa membeli baju baru untuk Lebaran kini tidak begitu penting lagi.

Alasan mereka memilih untuk tidak membeli baju lebaran bermacam-macam. Ada yang memang tidak membeli baju Lebaran karena merasa mubazir karena seringkali membeli hanya sekadar 'lapar mata' dan setelah itu tidak pernah dipakai kembali.

Bagi mereka, yang penting baju tersebut masih bagus, bersih dan layak dipakai. Setidaknya saat pergi ke masjid untuk salat Eid dan bersilaturahmi dengan keluarga.

"Dulu saat masih anak-anak sampai kuliah, saya merasa beli baju Lebaran itu penting. Kalau belum beli 3 pasang baju dan sepatu, rasanya kurang afdol. Karena namanya merayakan kemenangan harus pakai baju bagus, dan kata 'bagus' di pikiran saya adalah baru. Tapi entah kenapa sekarang sudah tidak terlalu semangat membelinya," tutur perempuan bernama Nurma Laela Sari pada kumparan.

Perempuan lainnya bernama Prima bercerita, tradisi membeli baju Lebaran yang seragam sering dilakukan oleh keluarganya. Hingga pada akhirnya sang ibu meninggal dunia, tradisi tersebut hampir tidak pernah dilakukannya lagi.

"Semenjak mama tidak ada, semakin kesini sudah biasa saja tidak mikirin lagi baju Lebaran. Karena mama, kami sekeluarga sadar bahwa kita tidak tahu apakah tahun depan bisa bertemu Ramadhan lagi atau tidak, jadi sekarang lebih fokus perbanyak amal ibadah," ungkap Prima.

Sementara itu Rosita Sari berpendapat bahwa setelah bertambah umur dan makin dewasa, apalagi setelah punya penghasilan sendiri, ia jadi merasa baju baru buat Lebaran sudah tidak penting. "Malah saya mikir, enggak Lebaran aja kadang bajunya baru. Jadi pas Lebaran enggak perlu baju baru," ujarnya

Septi, perempuan yang berdomisili di Kalimantan Timur juga sepakat bahwa membeli baju Lebaran baru tidaklah penting. Baginya, baju Lebaran cukup yang nyaman dan pantas dikenakan. Pengalamannya tahun lalu, ia dan keluarga besar dari pihak suami harus mengenakan baju Lebaran yang seragam dari segi warna dan model, hal ini agak menyulitkannya karena ia bertubuh besar.

"Kalau aku kan harus jahit dan yang lainnya pada beli dress samaan, jadi ribet dan drama. Saya sudah pasrah saja, kalau tidak sesuai modelnya, ya sudah. Makanya dari pengalaman tahun lalu, di Lebaran tahun ini saya tidak mau ambil pusing. Kalau mau beli pun, saya mau yang bisa dipakai untuk sehari-hari juga," cerita Septi pada kumparan.

Di sisi lain, masih banyak orang-orang yang menganggap membeli baju Lebaran adalah hal wajib yang tak boleh luput dari perhatian. Bagi mereka, hal tersebut dianggap sebagai penghargaan atas berpuasa satu bulan penuh.

Selain itu, saat menjelang Lebaran, banyak brand-brand busana dan department store yang menebar diskon besar-besaran sehingga sayang untuk dilewatkan.

"Penting banget (membeli baju Lebaran), karena beli yang bagus hanya setahun sekali dengan bujet di bawah Rp 1 juta untuk sekeluarga. Dan di sekitar saya juga mayoritas penganut wajib baju baru, karena ini momen satu tahun sekali yang langka dan bikin merasa bahagia pakai baju baru," cerita perempuan bernama Nyta.

Luthfa, pegawai di salah satu e-commerce ternama merasa membeli baju Lebaran penting sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. "Penting (membeli baju Lebaran) kalau merasa sudah bosan dengan baju yang ada di lemari. Karena belinya setahun sekali, jadi dimanfaatkan sebagai apresiasi untuk diri sendiri yang mungkin sebelum Lebaran jarang beli baju. Saya sendiri setahun terakhir jarang sekali beli baju, nanti pas dapat THR ingin beli setidaknya satu baju saja," ungkap perempuan 25 tahun itu.

Berapa bujet untuk beli baju Lebaran?

Untuk urusan bujet membeli baju Lebaran, biasanya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Ada yang hanya menyediakan bujet mulari dari Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, ada yang tidak lebih dari Rp 600 ribu, tetapi ada pula yang menyiapkan bujet hingga Rp 1 jutaan untuk membeli baju Lebaran.

Pembaca kumparan bernama Laras Adiningtias mengaku bisa menghabiskan bujet hingga Rp 2 jutaan untuk membeli baju Lebaran. "Kalau lagi ingin kembaran dengan suami dan anak-anak, bujetnya sampai Rp 2 jutaan. Kalau hanya sendiri, Rp 1 juta cukup," katanya.

"Saya punya bujet di bawah Rp 600 ribu, karena semakin dewasa semakin banyak pengeluaran jadi bujet untuk baju Lebaran tidak perlu mahal-mahal. Kalau bisa skip, ya lebih bagus," imbuh pembaca kumparan bernama Devina Farrica.

Pembaca kumparan lainnya, Fadhilahazzahra Daulay, mengaku memiliki bujet maksimal Rp 1 juta untuk membeli baju Lebaran. "Rp 1 juta ini sudah termasuk atasan, bawahan, sepatu atau sandal. Biasanya suka buat baju kembaran tiap Lebaran biar bagus kalau foto keluarga," aku perempuan yang biasa disapa Dhila ini.

Bagaimana dengan Anda, haruskah membeli baju baru untuk Lebaran ataukah cukup mengenakan baju yang lama?

*Sumber: kumparan.com