Mahasiswa Madin Inisiasi Bedah Buku dan Seminar Fiqih Kebangsaan

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Kegiatan bedah buku dan seminar fiqih kebangsaan di STITMA Tuban ternyata diinisiasi oleh mahasiswa Madin bekerjasama dengan LP3M STITMA. Kegiatan ilmiah tersebut menghadirkan Sekretaris LBM NU Jawa Timur, Ahmad Muntaha, dan Dosen Misbahul Munir.

Ketua LP3M, Jamal Ghofir menjelaskan, ini adalah inisiasi dari mahasiswa Madin sendiri. Dari dulu Madin ingin melakukan yang terbaik. Karena ini inisiasi dari mahasiswa sendiri dan belum memahami mekanisme pelaksanaannya, maka LP3M memohon maaf jika masih belum sempurna.

"Sudah ada kesadaran bagi kita untuk menggemakan ruh seminar dan bedah buku. Mudah-mudahan ini bisa dilakukan satu semester sekali," ujarnya kepada blokTuban.com, Sabtu (23/2/2019).

Kenapa harus mengundang LBH NU, karena ada kaitannya dengan kebangsaan. Dimana kita ingin mengetahui konteks fiqih kebangsaan secara utuh.

Ketua STITMA, Akhmad Zaini menambahkan, mahasiswa Madin saat ini luar biasa karena memiliki inisiasi untuk membudayakan kegiatan ilmiah kampus. Kampus memang harus diisi dengan kegiatan intelektual.

"Tema yang ditulis kebangsaan dirasa cukup tepat, karena bangsa ini sedang diuji. Orang melabeli sebagai muslim luar biasa," sambungnya.

Kendati demikian, adalah negatif bahwa semangat keberagamaan mengurangi semangat kebersamaan. Ketika harus mendengar berita harus tabayun. Spirit agama yang tertinggal, dan itu perlu direnungkan.

Kalau bicara bangsa, harus ada perekat yang sama. Bisa karena sama bahasa, agama, suku dan ras. Ulama kita telah berijtihad luar biasa, lahirlah NKRI. NKRI dikatakan harga mati itu hanya urusan dunia.

NKRI bekas jajahan Hindia Belanda, dan tidak semua kerajaan islam. Sehingga waktu itu kearifan ulama melekat pada bangsa dibuatlah NKRI, Pancasila yang mengakomodir semuanya.

"Ilmu hikmah, siapa pun yang memilikinya pasti arif dalam memimpin. Serupa kisah Nabi Musa, maupun Nabi Khidir," jelasnya.

Pesan kepada semua yang hadir dalam seminar ini, jangan mudah mencaci dan mencari keburukan orang lain. Ukhuwah islamiah bisa hancur.

"Mahasiswa STITMA harus bisa mencerahkan. Harus bisa membedakan politik dan agama," pungkasnya. [ali/rom]