Otodidak, dari MC Hingga Jadi Perajin Blangkon

Reporter: Ali Imron

bloktuban.com - Kabupaten Tuban, Jawa Timur memiliki perajin blangkon dan udeng hebat yang berdomisili di tepi Sungai Bengawan Solo tepatnya di Dusun Bangoran, Desa Sembungrejo, Kecamatan Plumpang.

Dialah Soni Suwarsono seorang MC/pranoto acara yang dituakan di Bumi Wali, karena pengalamannya selama 14 tahun. Kendati demikian, disela kesibukannya ayah dua anak ini juga menggeluti kerajinan blangkon dari berbagai daerah.

"Kira-kira sudah empat tahunan menjadi perajin blangkon," ujar Soni saat ditemui blokTuban.com di kediamannya, Rabu (20/2/2019).

Pria ramah ini, mengaku awal mula ketertarikannya membuat blangkon karena keadaan. Dengan tekat kuat dan pantang menyerah, satu blangkonnya dibongkar. Itulah cikal awal yang perlahan membuat karya blangkon asal Plumpang diminati banyak kalangan.

Dengan ketekunannya, Soni mampu memproduksi blangkon Jawa Timuran (Tuban, Banyuwangi, dan Madura). Disamping itu, Blangkon Solo, Yogyakarta, dan Sunda juga tak kalah kualitasnya.

Hasil karyanya juga telah diminati anggota DPRD Tuban, dalang, guru PGRI, grup tongklek, para MC, perias, dan lembaga pendidikan di Tuban-Bojonegoro. Selain itu, pesanan sering datang dari Kabupaten Gresik, Lamongan, maupun Kota Surabaya.

"Rata-rata pesanan dari media sosial kemudian komunikasi dilanjut via WhatsApp," jelas pria yang pernah menjadi pendidik di Kecamatan Grabagan.

Blangkon maupun udeng yang berlabel Gemilang Art ini, memiliki kualitas yang tidak mengecewakan. Selain awet karena berbahan dasar spon/matras, blangkon juga pas ketika dipakai.

Pemesan bisa request sesuai keinginan, bahkan bisa membawan kain sendiri sehingga harganya spesial. Harga juga terjangkau, setiap blangkon sesuai jenis, ukuran, dan harga kain.

Sering kali dapat pesanan kain sudah dibawakan pihak pemesan. Sehingga ongkos jasa pembuatan Blangkon Jawa Timuran untuk anak-anak kisaran Rp15.000-20.000, dewasa Rp20.000-25.000. Tergantung grosir pemesanannya bijian atau lusinan. 

Sementara untuk Blangkon Solo dan Yogyakarta, jasa pembuatannya kisaran Rp30.000-35.000. Jika pemesan minta jadi mulai bahan, desain dan kualitas bagus, harganya kisaran Rp40.000 sampai Rp150.000 per blangkon.

Untuk menghasilkan satu Blangkon Jawa Timuran, Soni hanya butuh waktu kurang lebih lima menit. Sementara untuk Blangkon Solo dan Yogyakarta kurang dari 30 menitan.

"Bisa cepat jadi karena saya sudah siapkan puluhan batok kepala. Jadi ketika ada pemesan yang datang di rumah bisa pulang bawa blangkon idamannya," ujarnya.

Sebagai catatan, Blangkon merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Menurut wujudnya, blangkon dibagi menjadi 4: blangkon Ngayogyakarta, blangkon Surakarta, blangkon Kedu, dan blangkon Banyumasan.

Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon. Tonjolan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon.

Sebutan blangkon sendiri berasal dari kata blangko, istilah yang dipakai masyarakat Jawa untuk mengatakan sesuatu yang siap pakai. Dulunya blangkon tidak berbentuk bulat dan siap pakai, melainkan sama seperti ikat kepala lainnya yakni melalui proses pengikatan yang cukup rumit.

"Seiring berjalannya waktu, maka tercipta inovasi untuk membuat ikat kepala siap pakai yang selanjutnya dijuluki sebagai blangkon," beber Soni.

Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik, dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon yang disebut mondholan.

Mondholan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. Lilitan rambut itu harus kencang supaya tidak mudah lepas.

Sekarang lilitan rambut panjang yang menjadi mondholan sudah dimodifikasi, karena orang sekarang kebanyakan berambut pendek dengan membuat mondholan yang dijahit langsung pada bagian belakang blangkon. Blangkon Surakarta mondholannya trepes atau gepeng sedang mondholan gaya Yogyakarta berbentuk bulat seperti onde-onde. [ ali/lis]