Musim Demam Berdarah  Ikan Cupang Laris

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Dua pekan terakhir, semenjak musim demam berdarah, ikan Cupang menjadi buruan warga di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ikan yang dikenal predator tersebut, digunakan untuk membasmi jentik-jentik nyamuk di bak kamar mandi.

Warga Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Wiwik, salah satu pemburu ikan dengan nama latin Betta Splendens itu. Alasan membeli ikan karena suaminya baru saja terkena demam berdarah.

"Saya beli Cupang satu untuk membasmi jentik nyamuk di bak mandi," ujarnya saat ditemui di lokasi pengepul ikan di Kelurahan Ronggomulyo, Kamis (7/2/2019).

Segendang seirama disampaikan Rokim. Pemuda yang berdomisili di Desa Sugiharjo, Kecamatan Tuban ini juga membeli ikan Cupang untuk mengantisipasi serangan demam berdarah. 

"Belum ada yang kena demam berdarah tapi saya lakukan pencegahan dini," katanya.

Pengepul ikan Cupang, Sulastri, mengaku kelarisan semenjak musim demam berdarah. Rata-rata mampu menjual ikan Cupang 100 ekor setiap harinya. Tak hanya itu, ikan Nila dan Red Devil  juga sama larisnya.

Cupang rata-rata ditempatkan di bak mandi. Sedangkan red devil dan Nilla ditaruh di bak taman atau sekitar restoran.

"Cupang ini jadi predator alami jentik nyamuk," terang perempuan yang menekuni usahanya sejak 1986.

Harga ikan mulai Rp 2 ribu, Rp 3 ribu, Rp 5 ribu sampai Rp 30 ribu. Harga menyesuaikan jenis dan ukuran ikan.

Sebagai catatan ikan ini memiliki bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.

Di Indonesia terdapat cupang asli,salah satunya adalah Betta channoides yang ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur. Cupang juga salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit. Sekaligus tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

Sekretaris Dinkes Tuban, Endah Nurul Komariyati, mengungkapkan, bahwa dari awal hingga akhir bulan Januari 2019 tercatat ada sebanyak 168 orang positif terkena penyakit DB dan dari jumlah tersebut dua di antaranya tidak tertolong. [ali/ono]