Banjir Tahunan Pertanian Logawe, Begini Kata Camat Rengel

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Banjir tahunan ketika musim penghujan datang pada fase puncak, kerap melanda sebagian besar wilayah pertanian yang ada di Logawe, Desa Sawahan, Kecamatan Rengel, rupanya sudah lama terjadi jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Hal tersebut dijelaskan langsung oleh Camat Rengel, Eko Wardhono ketika dimintai pendapat blokTuban.com seputar keadaan banjir tahunan yang banyak melanda lahan pertanian Kecamatan Rengel.

"Sawah di Logawe yang biasanya dilihat dari ketinggian bukit kalau banjir itu, memang daerahnya lahan cekungan," jelasnya mengulas gambaran kebiasaan banjir tahunan.

Lahan di sekitar Logawe Sawahan hingga merata ke wilayah pertanian Maibit, sambungnya, didominasi sebab dua faktor. Faktor tampungan air hujan, serta luberan dari Sungai Bengawan Solo.

Masih kata Camat, sejak zaman kolonial Belanda, keadaan geografis persawahan tersebut memang tak berubah sama sekali, yakni dalam bentuk cekungan, "Air hujan yang tertampung, ditambah luapan Bengawan kalau sedang beras, larinya ya ke situ. Jika air Bengawan sudah turun, baru keluar. Permukaan lahan di sana hampir sama dengan Bengawan," jelasnya lagi.

Namun begitu, kondisi sawah berbentuk cekungan yang sering menjadi media tanam padi tersebut, menjadikan masyarakat pemilik lahan sudah terbiasa akan peristiwa banjir tahunan. Memang, jika dalam situasi seperti ini proses tanam, hanya berlangsung satu dua kali saja. Namun keadaan berbeda sedang berlangsung hari ini, di mana petani banyak memainkan spekulasi. Sebagian ada yang tanam, sebagainya juga ada yang dibiarkan.

"Untuk Logawe, salah satu solusi ya perubahan penggunaan. Ketika potensi air hujan sedang tinggi, bisa digunakan untuk perikanan. Tapi bukan tambak, tapi terbagi, pemanfaatnya ya warga pemilik lahan itu sendiri," ucapnya.

Hal tersebut dinilai Camat sebagai upaya mencukupi kebutuhan gizi harian, di samping menggantikan aktivitas pertanian yang lengang ketika hujan datang dan merubah lahan pertanian menjadi rawa terbengkalai.

"Berbicara Minatani, bisa ditabur benih untuk usaha perikanan Komunal. Di samping itu, masyarakat pemilik lahan juga harus punya pola pikir dan semangat untuk melakukannya," pungkasnya. [feb/ito].