9 Bulan Laba Kotor Semen Holcim Rp 1,2 Triliun

Reporter: Sri Wiyono

 

blokTuban.com – Semen Holcim mencapai hasil positif dalam 9 bulan terakhir di tahun 2018 ini. Pada kurun waktu tersebut, salah satu perusahaan raksasa semen ini mencatat laba kotor sampai Rp 1,2 Triliun. Laba itu naik 16,3 persen disbanding periode yang sama tahun lalu.

 

Pada periode 9 bulan di tahun 2018, Holcim mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 7,2 persen atau Rp 7,37 Triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Meningkatnya kebutuhan bahan bangunan untuk proyek infrastruktur dan perumahan yang mendorong penjualan semen di kuartal ketiga menjadi penyebab kenaikan penjualan tersebut.

 

Volume penjualan semen juga tumbuh 8 persen selama periode sembilan bulan. Capaian itu,  melebihi pertumbuhan pasar yang baru 5 persen. Capaian yang sangat baik di kuartal ketiga 2018 itu, berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp 2,921 Triliun atau lebih tinggi 12 persen dibandingkan hasil kuartal ketiga tahun lalu, dengan volume semen yang terjual sebanyak 3 juta ton.

 

Pencapaian terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan pendapatan serta implementasi program efisiensi perusahaan yang terus berjalan. EBITDA selama kuartal ketiga tahun 2018 mengalami peningkatan yang signifikan, yakni Rp 501 Miliar dari Rp 378 Miliar atau naik 32,5 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu.

 

EBITDA merupakan singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. EBITDA adalah laba perusahaan sebelum dikurangi bunga utang dan pajak terutang yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

 

“Kondisi pasar yang terus meningkat sejak kuartal kedua tahun ini, memberikan Holcim peluang untuk 2/3 meningkatkan harga jual,’’ ujar Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Tbk, Gary Schutz. 

 

Dia mengatakan, perusahaannya fokus meningkatkan daya saing melalui inovasi untuk memberikan lebih banyak solusi bernilai tambah bagi pelanggan. Juga lebih siap untuk mendukung kebutuhan pemerintah dalam pembangunan. Meskipun kondisi kelebihan pasokan masih terus berlanjut serta meningkatnya biaya energy.

 

‘’Peningkatan laba operasional mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam mengimplementasikan program efisiensi yang berkelanjutan,’’ tandas Gary. [ono]