Generasi Millenial di Era Revolusi Industri 4.0

Oleh: Ikhwan Fahrudin*

Generasi milenial punya tantangan menyambut Revolusi Industri 4.0 dan bonus demografi tahun 2030. Era Revolusi Industri keempat sebenarnya sedang Indonesia tapaki yang ditandai dengan digitalisasi. Contohnya, dari sistem belanja daring sampai pembayaran uang elektronik (e-money). Tak hanya itu, perubahan di dunia digital begitu marak terjadi di nusantara. Populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai 262 juta orang. Lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang telah terhubung jaringan internet sepanjang 2017, setidaknya begitu menurut laporan teranyar Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Eranya Generasi Milenial Unjuk Gigi
Seperti dilansir di Kompas.com, Usia muda, banyak inovasi. Internet tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak muda zaman sekarang. Sebanyak 49,52 persen pengguna internet di Tanah Air adalah mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun. Kelompok ini mengabsahkan profesi-profesi baru di ranah maya, semisal Selebgram (selebritas Instagram) dan YouTuber (pembuat konten YouTube). Menjamurnya perusahaan rintisan digital atau startup pun sedikit banyak digerakan oleh kelompok usia ini, baik mereka sebagai pendiri atau konsumen. Di posisi kedua, sebanyak 29,55 persen pengguna internet Indonesia berusia 35 hingga 54 tahun. Kelompok ini berada pada usia produktif dan mudah beradaptasi dengan perubahan. Remaja usia 13 hingga 18 tahun menempati posisi ketiga dengan porsi 16,68 persen. Terakhir, orang tua di atas 54 tahun hanya 4,24 persen yang memanfaatkan internet.

Setidaknya telah banyak aplikasi yang diciptakan oleh anak bangsa dan telah menjadi konsumsi dunia di era digital ini. Sebut saja aplikasi Go-jek, Bukalapak, Detikcom, Traveloka, Olx, Tokopedia, Tebak Gambar, Alquran Indonesia, Pixmix, BRI Mobile, PeSankita Indonesia, Kamus Inggris, dll. Ini membuktikan bahwa generasi muda kita tak kalah bersaing dengan bangsa lain. Kita mampu menjadi bangsa yang mandiri dan berinovasi sesuai perubahan zaman. Situs-situs tersebut telah banyak di-download dan dimaksimalkan oleh masyarakat pengguna smartphone.

Kilas Balik Generasi Sebelumnya
Semakin bertambah umur biasanya sesorang akan semakin gemar menggali memori, karena makin panjang jarak perjalanan hidupnya, sementara anak-anak muda mereka selalu berimajenasi dan berinovasi, karena mereka tidak punya pengalaman sebelumnya, itu sebabnya anak-anak muda lebih berani dengan segala resiko.

Bukan tidak boleh menengok memori ke belakang, sesekali saja jangan sampai kita hanyut dalam memori yang sudah lewat dan bahkan memori lama itu tidk ada sangkut pautnya dengan masa depan yang akan kita lalui, karena kita sebagai pelanjut estafet perjuangan para pendahulu itu penting terkadang merujuk nilai perjuangan mereka, tapi menyamakan langkah dan cara sebagaimana yang mereka tempuh dulu adalah sebuah kemunduran karena zaman ini terus berjalantanpa kenal masa lalu, artinya dalam perjuangan meraih prestasi kita perlu banyak berinovasi dengan banyak cara agar target sasaran kita tercapai dengan tanpa mengurangi nilai itu sendiri.

Masa depan adalah tujuan, rintangannya akan lebih beragam dan berat, butuh jiwa-jiwa pemberani untuk bisa melaluinya dengan tenang dan sabar,anak-anak muda harus tetap optimis untuk bisa menatap masa depan yang sudah menanti, Namun semua itu butuh perjuangan yang tidak mudah. Karena kebaikan apapun itu yang akan kita lakukan sudah pasti dinilai tidak baik bagi orang yang tidak senang dengan kemajuan dan kesuksesan kita.

Kalau bicara masa lalu, tentu semua orang punya masa lalu baik atau buruk dan sudah pasti pula semua orang akan menatap masa depan yang akan ditujunya, dan jika kita hanya fokus pada memori masa lalu tentunya akan menjadi masalah bagi kita yang berarti tidak respect dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Karena terus mengungkit-ungkit masa lalu terkadang itu akan membuat anak-anak muda pesimis untuk menuju masa depan.

Fokus Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Kemajuan-kemajuan teknologi seperti artificial intelligence, advance robotic, 3D printing, virtual reality, hingga cloud computing, menurut Presiden, memiliki dua sisi. Pertama, sebagai tantangan yang perlu dihadapi dan diantisipasi, dan kedua sebagai peluang yang harus diketahui dan dimanfaatkan dengan baik.

Belajar dari bukalapak dan go-jek yang hari ini manjadi bisnis yang berbasis aplikasi yang mendunia. Bisnis sejenis ini tengah menjadi primadona di kalangan milenial. Semua bisa mudah untuk diakses. Inilah perkembangan zaman yang begitu pesat dan harus kita terlibat di dalamnya. Fokuslah di bisnis yang Anda geluti saat ini. Kembangkan dengan basis teknologi zaman now.

Sekarang adalah bagaimana kita merubah mindset kita dengan revolusi 4.0 ini, dan bagaimana teamwork kita dalam bekerja. Jadi bagaimana kita menyikapi perkembangan teknologi 4.0 itu yang begitu cepat. Bagaimana pula cara membuat manajemen yang rapi dan teamwork yang rapi. Sekarang, apabila dikaitkan dengan teknologi 4.0, karena teknologi ini kalau kita tidak paham, nanti masing-masing akan lari kemana-mana,” terang Luhut B. Pandjaitan.

Menghadapi revolusi industri 4.0, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian telah mencanangkan “Making Indonesia 4.0” sebagai upaya merumuskan peta jalan atau roadmap mengenai strategi Indonesia dalam memasuki fase industri yang baru. Saat ini pemerintah fokus di industri yang jadi pendorong perkembangan revolusi industri 4.0, yakni makanan dan minuman, elektronik, otomotif, tekstil, dan kimia.

*Anggota IGI