Jamasan Pusaka Masal di Kota Lama

Repoter: Sri Wiyono

blokTuban.com – Paguyuban Pelestari Tosan Aji Megalamat Tuban menggelar ritual jamas (mencuci) benda-benda pusaka secara masal Minggu (16/9/2018). Bertempat di pendapa Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding atau dikenal dengan Kota Lama. Sebab, di tempat itulah konon keraton Kadipaten Tuban dulu berada.

Para pandemen atau penyuka wesi aji atau benda-benda pusaka hadir. Mereka membawa pusaka koleksinya untuk dijamas. Bulan Muharam atau Suro di penanggalan jawa memang waktu yang tepat untuk menjamas pusaka. Karena itu, ada ratusan benda pusaka yang harus dijamas oleh petugas khusus yang memakai pakaian putih. Pusaka itu merupakan koleksi para pandemen wesi aji yang sengaja datang.

Prosesi penjamasan pusaka diawali dengan syukuran berupa potong tumpeng. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi penyerahan secara simbolis pusaka yang akan dijamas. Pusaka diserahkan petugas khusus pada perwakilan penjamas. Lalu dilanjutkan dengan prosesi penjamasan.

Penjamasan pusaka diawali dengan membersihkan pusaka dengan cairan khusus yang sudah dipersiapkan. Ada satu petugas yang khusus membersihkan pusaka ini. Kemudian, pusaka yang sudah dibersihkan diserahkan pada petugas yang bertugas mengelap. Setelah dilap, ada petugas khusus yang bertugas menetralisir energi jahat melanjutkan prosesi.

Caranya, pusaka yang sudah dibersihkan dan dilap itu dipanggang di atas bara api yuswa yang mengeluarkan asap wangi. Keris diurut-urut dan dipijat merata, dari pangkal ke ujung. Pada prosesi ini, petugas penjamas tersebut terlihat konsentrasi penuh dengan pekerjaannya. Setelah itu, pusaka  diserahkan pada petugas yang bertugas mengolesi minyak wangi pada pusaka yang sudah dijamas. Lalu pusaka di pajang di tempat yang sudah disediakan.

Wanto, salah satu penjamas mengatakan, jamasan pusaka adalah tradisi leluhur. Tujuannya untuk membersihkan pusaka agar tidak berkarat dan rusak. Memang ada ritual khusus untuk menjamas. Semua itu, kata dia, dia sebagai penghormatan atas benda pusaka warisan leluhur yang berusia ratusan tahun tersebut. Benda pusaka merupakan benda budaya yang harus dilestarikan.

‘’Menetralkan energi jahat tujuannya untuk mengembalikan benda pusaka itu pada titik saat benda tersebut dibuat. Karena kita tidak tahu digunakan apa saja benda pusaka itu oleh yang memegangnya dulu,’’ katanya.

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Sulistiyadi yang hadir langsung di lokasi mengatakan, tradisi jamasan itu bisa menjadi ritual budaya yang menarik wisatawan. Saat ini, kegiatan itu masih mencari bentuk, karena baru digelar dua kali sejak tahun lalu.

‘’Bisa jadi kegiatan ini nanti menjadi agenda tahunan dan menjadi obyek wisata. Mungkin nanti bisa ditarik ke kabupaten atau bagaimana. Sebagai kegiatan budaya ini bagus, ke depan harus terus dikembangkan,’’ harapnya.

Selain jamasan, juga digelar diskusi tentang benda pusaka dan pentas tari. Benda-benda pusaka yang usai dijamas dikirab melewati beberapa jalan di desa setempat.[ono]