Begini Perbedaan Desa Wisata dan Wisata Desa

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Sektor pariwisata di Kabupaten Tuban memiliki banyak jenis dan basis pada setiap wilayahnya. Banyak dari spot wisata desa maupun desa wisata Bumi Wali sebutan lain Kabupaten Tuban, sangat dimiminati masyarakat umum.

Ya, desa wisata dan wisata desa. Meskipun keduanya memiliki kata yang serupa jika dibolak-balik, namun satu sama lain memiliki maksud dan peran tersendiri.

Pada umumnya, dalam konteks desa wisata menyangkut semua kompenen yang ada maupun dimiliki suatu desa bisa dijual, dikemas, serta disajikan untuk menjadi satu paket wisata. Hal tersebut dipaparkan oleh Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Tuban melalui Kasi Patiwisata.

Adapun keterlibatan dalam suatu desa wisata adalah semua unsur desa. Mulai dari petinggi, kepala desa, perangkat desa, sampai struktural RT dan warga masyarakat setempat memiliki andil di dalamnya.

"Desa wisata itu yang dieksplor adalah kultur budaya yang ada di masyarakat. Faktor pendukung lain, mungkin ada obyek wisata air terjun, air panas, ataupun wisata buatan, yang jelas semua aspek yang ada di desa terlibat," terang Kasi Pariwisata Tuban, Suwanto kepada blokTuban.com, Sabtu (15/9/2018).

Sedangkan wisata desa, lanjut Suwanto, wisata desa merupakan suatu objek wisata yang kebetulan dimiliki suatu desa. Entah itu wisata alam, wisata buatan, maupun wisata rohani. Akan tetapi, keterlibatan masyarakat terbatas dan dibatasi. Hanya beberapa orang tertentu saja yang ikut andil.

"Yang jelas, desa wisata itu semua aspek di dalamnya terlibat. Kalau wisata desa, hanya beberapa orang yang terlibat. Ini yang mungkin kadang orang salah kaprah mengartikan," ringkas pria ramah itu.

Lebih dari itu, pihaknya juga memberikan sejumlah kriteria jika suatu desa ingin menggagas citra desa wisata. Menjadi sebuah desa wisata, lembaga harus mendapat support penuh dari pemerintah desa (pemdes). Bukan hanya soal pendanaan dan pembiayaan penuh saja, namun juga harus bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan desa wisata.

"Selanjutnya, masyarakat dilibatkan secara komprehensif. Mereka diberi kewenangan dan tugas sesuai dengan potensi yang ada di desanya," jelasnya lagi.

Contoh, yakni wisata Sendang Asmoro. Dalam wisata tersebut, terdapat potensi pendukung, yakni budidaya jamur. Budidaya jamur itulah yang bisa menjadi bagian paket wisata.

"Jadi, wisatawan yang masuk satu hari bisa berkunjung satu kawasan. Wisata desa menyiapkan spot dan titik destinasi yang dikemas paket wisata," pungkasnya. [feb/rom]