Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - ‎Masjid sebagai tempat rumah ibadah umat Islam Dunia agaknya selalu diupayakan agar senantiasa terjaga nilai-nilainya. Tak hanya memperhatikan aspek fisik dari bangunan, namun juga esensi dari hakikat Masjid itu sendiri.

Seperti diketahui, di zaman milenial kini banyak gedung-gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, juga bangunan lain yang saling berdiri megah. Namun demikian, juga banyak masjid yang dibangun lebih indah nan megah dengan tujuan mulia, yakni meningkatkan semangat beribadah serta memakmurkan ‎masjid dengan aktifitas-aktifitas positif warga jamaah sekitar masjid terdekat.

Demikianlah sedikit dari banyaknya gagasan ‎tujuan para tokoh agama (toga) yang ada di Jawa Timur (Jatim) untuk melakukan Musyawarah Jatim pada tangal 14-15 Juli 2018 ini. Selama 2 hari, peserta musyawarah Jatim yang berjumlah sekitar 700 orang lebih dari berbagai daerah kota/kabupaten se-Jatim berkumpul dan merundingkan tentang bagaimana masyarakat Islam saat ini bisa lebih menjaga arti Masjid yang sebenarnya, ditengah arus global yang menyebabkan jamaah masjid terus berkurang.

"Target kita dalam Musyawarah Jatim ini, cita-cita kita bagaimana semua masjid beraktifitas dan hidup 24 jam. Memang usaha itu tak mudah, tapi selalu kita berusaha," terang Ismanudin, peserta musyawarah dari perwakilan Kabupaten Lamongan kepada blokTuban.com, Sabtu (14/7/2018).

Realita hari ini, banyak masjid dibangun megah namun terus kehilangan Jama'ah. Hal tersebut yang membuat risau hati dan pikiran para peserta Musyawarah Jatim‎ saat ini. Padahal, sambung lelaki asal Kecamatan Babat-Lamongan itu, hakikat Masjid tak melulu soal fisik, namun juga mengarah semua hal di dalamnya.

‎Diambilkannya sebuah contoh pasar. Bagaimanapun megahnya bentuk bangunan pasar, jikalau tak ada aktivitas orang di pasar, maka tak bisa dikatakan pasar. Pasar yang dibangun megah tapi tak ada yang jualan, tak ada yang beli, tak ada barang, apa bisa dikatakan pasar? ‎Dari semua itu, semua makna lebih menuju ke fungsi, bukan ke wadah.

"Sebagian masyarakat risau ‎pada bangunan dan fisik masjid. Tapi bagaimana dalamnya, amalan, dan rohaninya jarang dipikirkan," ulasnya panjang lebar.

Adapun kegiatan yang dilakukan ratusan aktivis dan Toga se-Jatim yang bertitik di wilayah dakwah Kyai Nurhadi Ikhsan, Masjid dan Pondok Pesantren Al-Husna Desa Simo, Kecamatan Soko yakni Kultum, sosialisasi memakmurkan Masjid, serta penerapan aplikasi atau cara-cara menghidup‎kan amalan jamah Masjid.

Peserta musyawarah‎ yang juga sebagai seksi acara dalam agenda 2 bulan sekali itu, Ahmad yani juga menambahkan, adanya perbedaan kondisi jama'ah Masjid yang dulunya penuh, sekarang ini lebih mementingkan kondisi fisik, kemegah mewahan, tapi tak memikirkan jamaah. Lebih miris, seringkali dijumpai dalam sebuah Masjid hanya terdapat 1, bahkan setengah Saf ketika salat berjamaah.

"Terutama yang laki-laki sudah baligh, mari berjamaah ke masjid. Mudah-mudahan setelah musyawarah ini, selurih Masjid khusunya di Jatim bisa ramai, penuh jama'ah. Bukan hanya sekedar fisik yang diperhatikan, tapi dalamnya juga diikuti Jama'ah berbondong," terang peserta musyawarah asla Padangan Bojonegoro itu. [feb/ito]