Kedermawanan 

Oleh: Mochamad Nur Rofiq 

blokTuban.com - Harta kekayaan seperti halnya kekuasaan. Keduanya itu berfungsi sebagai pelayan bagi manusia di saat manusia terdesak oleh kebutuhan.

Apabila engkau melihat seseorang hendak menghantam dirimu, maka sudah pasti engkau akan mempertahankan diri. Engkau akan menahan hantaman orang itu dengan kekuatan yang kau miliki.

Apabila engkau melihat seseorang yang memusuhi salah satu seseorang yang lemah, maka semangat keberanian spontan mendorongmu untuk memprosesnya. Kemudian membela orang yang lemah dan tidak berdaya itu, sebagai sedekah berupa kekuatan buat orang yang lemah tersebut. 

Semangat keberanianmu itu akan lebih keras dan ganas, jika engkau melihat musuh yang berdatangan untuk memerangi umat dan menghancurkan negara suatu bangsa.

Demikian pula halnya, apabila hatimu merasa membutuhkan sesuatu yang akan engkau manfaatkan. Tak pelak engkau pasti sanggup mengeluarkan sebagian hartamu untuk mendapatkan sesuatu yang kau butuhkan itu.

Apabila engkau menjumpai orang miskin atau lemah, yang tidak memiliki daya kekuatan, maka sifat ksatria dan kasih sayang pasti menggerakkanmu. Lalu, engkau memberikan sesuatu sesuai kerelaan hati untuk membantu meringankan penderitaan dan menutup kebutuhan si miskin.

Apabila engkau menyaksikan seluruh bangsa membutuhkan uluran bantuan, sedangkan engkau mampu untuk memperbaiki kebobrokan dan kehancuran mereka, maka sudah barang tentu engkau lebih terdorong untuk mengulurkan bantuan kepada mereka. Perasaan muntah memenuhi kebutuhan mereka itu lebih kuat.

Apabila sifat licik itu dapat menyebabkan orang enggan melawan orang yang hendak berbuat jahat kepada dirinya sendiri atau lainnya, sehingga dia selalu menjadi sasaran kejahatan orang-orang yang jahat. Maka, begitu pula sifat bakhil atau kikir, juga dapat menyebabkan orang enggan memberikan sesuatu yang sedang dibutuhkan orang lain, sekalipun yang dibutuhkan itu sangat mendesak sekali.

Barangsiapa yang licik atau takut membela dirinya sendiri dari gangguan dan kikir membelanjakan harta untuk menutup kebutuhan sendiri, maka dia sudah pasti lebih takut membela orang lain dan lebih kikir membelanjakan hartanya, walaupun hanya sedikit demi kepentingan orang lain.

Sebagaimana halnya berani tanpa perhitungan, sering-sering menyebabkan tersia-sianya kehidupan orang-orang yang ingin maju menghadapi segala rintangan, tanpa angan-angan, dan perhitungan itu sendiri. Sehingga keberanian mereka sama sekali tidak berguna dan tidak memberikan manfaat. 

Maka, seperti itu pulalah sifat pemborosan dan menghamburkan harta untuk hal-hal yang tidak perlu. Perbuatan tersebut dapat menyebabkan lenyap harta. Akibatnya, pelakunya akan terus menerus dalam keadaan susah dan cemas.

Semua kesalahan di atas adalah akibat diabaikannya sikap tengah-tengah, atau moderat. Oleh sebab itu, kalian harus menetapi sikap tengah-tengah, sedang, moderat atau i'tidal.

Orang yang kaya raya, hartanya bisa habis karena boros dan dibelanjakan untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya, baik untuk diri sendiri atau bangsa. Akibatnya dia yang semula kaya raya menjadi miskin  kosong kantongnya, hampa kedua tangannya, dan tidak memiliki apa-apa.

Kebakhilan itu sebenarnya menggiring seseorang pada kesengsaraan. Orang yang kikir itu sebenarnya semakin sengsara dalam mencari harta. Dan sifat kikir itu akhirnya menghalanginya untuk bisa hidup tenang dan tentram.

Harta kekayaan itu hanyalah suatu perantara untuk dapat hidup berkecukupan, digunakan membantu meringankan beban penderitaan orang-orang miskin dan mengobati kesedihan orang-orang yang melarat.

Seperti halnya, kekuatan tanpa keberanian juga tidak ada gunanya. Karena, yang memiliki kekuatan itu boleh jadi penakut atau berani, tetapi tanpa perhitungan. Demikian pula halnya harta kekayaan tanpa disertai kedermawanan, sama sekali tidak ada manfaat dan kebaikannya. Sebab, pemiliknya boleh jadi kikir atau pemboros.

Jika pemborosan itu menyebabkan harta ludes, maka kikir atau tidak memberikan harta, itu memaksa orangnya hidup susah. Pemborosan dan kekikiran itu menyebabkan kehancuran dan bencana bagi orang yang memiliki kedua sifat tersebut.

Sederhana atau sikap tengah-tengah, yaitu berbuat kedermawanan. Hal itu bisa mendatangkan kebahagiaan berupa harta. Seperti Firman Allah:

"Janganlah kamu menjadikan tanganmu sendiri terbelenggu kelahiranmu, jangan pula tangan itu kamu ulurkan seluas-luasnya, sebab kamu akan duduk dalam keadaan tercela dan penuh penyesalan"

Dengan demikian, bersikap sedang dan mengambil jalan tengah dalam segala permasalahan, itu menyebabkan terhindar dari segenap malapetaka. Oleh sebab itu, hendaklah seseorang menginfakkan hartanya untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan proyek-proyek yang mendatangkan kemanfaatan bagi orang banyak, dengan tidak berlebihan dan tidak pula sangat bakhil.

Perlu diketahui bahwa sederhana itu harus disesuaikan dengan jumlah harta yang dimiliki. Banyak sekali orang yang dermawan yang dianggap oleh orang lain kikir, jika dibandingkan dengan orang lain. Begitu sebaliknya.

Di tengah masyarakat ini, sebenarnya ada sekelompok orang, semoga Allah menjadikan mereka baik, yang menganggap bahwa kekikiran itu bisa menyebabkan hidup kekal di dunia. Sehingga, apabila engkau meminta kepada mereka, agar mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk membantu meringankan penderitaan orang-orang miskin, atau untuk membiayai sebagaian proyek-proyek penting.

Maka orang tersebut merasa seperti engkau mengajaknya untuk mengangkat senjata tombak melawan musuh, mengunus pedang dan mengorbankan nyawa dalam suatu pertempuran (gemetar ketakutan dan merasa keberatan memenuhi permintaanmu). 

Di antara mereka, ada orang yang kikir terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Orang seperti ini adalah orang yang paling jelek.

Di antara mereka ada orang kikir terhadap orang lain, tetapi royal untuk dirinya sendiri. Orang seperti ini adalah orang yang egois mementingkan diri sendiri, yang lemah perasaannya dan tidak sehat pikirannya. 

Orang-orang yang berjiwa seperti ini mempunyai prinsip asal dirinya hidup, meskipun bangsanya mati. Yang penting dirinya senang meskipun bangsanya sengsara.

Di sana, ada lagi sekelompok orang yang menghambur-hamburkan dan memboroskan harta kekayaannya. Jika mereka melihat ada acara kemungkaran, maka cepat sekali tanggap dan mendukungnya. Jika mereka mendengar di suatu tempat ada pesta yang bersifat kesenangan hawa nafsu, maka dia langsung terbang ke tempat itu dan memberikan sumbangan uang, emas, dan perak yang banyak, demi memeriahkan pesta tersebut. 

Namun, apabila mereka diajak melakukan kegiatan sosial mereka pura-pura tidak tahu dan tidak mendengar. Kelompok orang seperti ini adalah orang-orang ketiga yang paling buruk. Mereka itu adalah orang-orang yang melampaui batas.

Wahai, generasi yang baik, menjauhlah dari kelompok orang-orang tersebut. Tirulah jejak orang-orang dermawan yang mulia. Sebab itu jalan yang jelas dan lurus. 

Sesungguhnya kedermawanan itu adalah sikap sedang dalam membelanjakan harta. Di situlah tempat tumpukan permohonan bantuan. Itulah sifat yang diidam-idamkan setiap orang dan medan amal orang orang mulia. 

Berpegang teguhlah dengan sifat dermawan. Berlindunglah dalam benteng kedermawanan. 
Jika engkau berbuat demikian maka engkau bersama bangsamu akan hidup senang dan bahagia. Wallahu 'Alam Bisshowab. [rof/ono]