Dusta dan Benar 

Oleh: Mochamad Nur Rofiq 

blokTuban.com - Benar dan dusta yang dimaksud dalam pembahasan ini, bukanlah seperti yang dikenal oleh setiap orang selama ini, yakni dusta dan benar dalam perkataan. Sebab hal seperti itu sudah jelas dan anak kecil pun mengerti. 

Namun, yang dimaksud benar dan dusta dalam judul di atas adalah benar dan dusta dalam perbuatan. Sebab wujud dan tidak wujud suatu perbuatan, sebenarnya hasil dari ucapan dusta atau benar.

Disarankan kepada kalian, janganlah engkau berkata atau memulai kepada seseorang. Sesungguhnya engkau adalah yang benar atau dusta, sebelum engkau mengetahui benar atau dustanya dalam praktik amalnya (umpamanya diamalkan atau tidak). 

Janganlah engkau menilai benar atau bohong terhadap suatu ucapan, sebelum engkau mengetahui pengaruh ucapan itu. Sebab, ucapan itu akan menjadi besar atau kecil nilainya, bergantung pada prakteknya. Dan ucapan itu dinilai benar jika dibuktikan oleh amalan.

Kebenaran atau kejujuran perbuatan itu merupakan hasil kerja orang-orang yang memiliki kemauan keras. Mereka itu tidak dapat dihalangi oleh siapapun dalam merealisasikan apa yang mereka ucapkan.

Kita sering melihat banyak orang termasuk mereka yang mempunyai kedudukan terpandang, karena mereka memegang jabatan tinggi sering mengatakan sesuatu yang tidak mereka amalkan. Apabila kita menuntut mereka supaya melaksanakan ucapan dan memenuhi janji mereka, maka mereka selalu mencari-cari alasan. 

Mereka mengemukakan macam-macam alasan yang sudah menjadi watak mereka, yakni usaha membela diri dan kemunafikan. Mereka selalu mengulur waktu untuk memasarkan alasannya. 

Hal itu bisa terjadi hanya karena kemauan yang ada dalam jiwa mereka itu sangat lemah. Sebab, tidak terlatihnya mereka berkata benar dan dibuktikan dengan amal.

Apabila orang yang pernah mengemukakan ucapan atau janji ketika dituntut pelaksanaannya itu menjawab tidak dapat memenuhi, maka tidak ada seorangpun yang mencemoohnya. Bahkan menolak tuntutan itu lebih baik daripada janji yang tidak ditepati.

Lebih parah lagi adalah orang yang berkata atau berjanji akan melakukan sesuatu, kemudian dia mundur dan tidak menepati janjinya. Mengingkari janji itu sama sekali bukan kebiasaan orang-orang yang sempurna pekertinya. Dan dusta atau bohong itu adalah kebiasaan dan sifat orang-orang yang hina dina.

Setiap orang sebelum menjadikan sesuatu kepada orang lain hendaknya dia berpikir secara mendalam. Apabila dia yakin bahwa dirinya mampu memenuhi apa yang akan dijanjikan, maka tidak ada larangan dia berjanji.Tetapi jika sekiranya tidak mampu memenuhi, maka sebaiknya tidak berjanji. 

Adapun orang yang berjanji sebelum berpikir dan angan-angan apa dia mampu menepati sendiri atau tidak maka orang itu termasuk orang yang sangat bodoh.

Kebanyakan orang yang bodoh itu sering terlempar oleh kebodohannya sendiri ke lembah kebinasaan, yang menimbulkan penyesalan untuk selama-lamanya.

Sesudah memahami uraian di atas maka perhatikan masalah berikut ini. 

Apabila engkai benar suatu permasalahan, maka hitunglah terhadap suatu kelompok orang yang berkata dan berjanji, sedangkan mereka memastikan dalam hati bahwa mereka tidak akan mendapati perkataan dan janji-nya. Sesuatu yang mendorong mereka berkata bohong dan berjanji palsu itu tidak lain, karena salah atau rusak pendidikan mereka.

Barangsiapa yang membiasakan sesuatu, maka sesuatu itu akan menjadi watak dan tabiatnya yang sulit dihilangkan. Kebiasaan itu tetap melekat padanya hingga dia masuk ke liang kubur.

Apabila seseorang sudah terkenal tidak pernah menepati janji dan selalu bohong, maka orang-orang, bahkan kolega terdekatnya akan menjauhinya. Mereka tidak lagi mau mempercayai, jika dia berkata. 

Mereka tidak bergeming jika dia berjanji. Bahkan, mereka menganggapnya seperti fatamorgana yang tampak di padang luas, yang dikira oleh orang yang haus sebagai air, tetapi setelah didekati ternyata tidak ada suatupun.

Watak yang buruk ini apabila telah berjangkit dalam jiwa suatu bangsa, maka hilanglah kepercayaan dari jiwa anak-anak mereka. Sedangkan kehilangan kepercayaan adalah pertanda lenyapnya kehidupan.

Wahai, generasi muda, hindarilah kebiasaan berdusta. Sebab dusta itu menyebabkan retak atau cacat mahkota kemuliaan dan hindarilah ingkar janji. Sebab ingkar janji itu menyebabkan umat menjauhimu.

Apabila kalian mampu menepati janji, berjanjilah. Apabila kalian bisa melakukan pekerjaan berkatalah. Jika tidak mampu, janganlah berjanji dengan mengobral perkataan, agar engkau tidak dicap sebagai pembohong.[rof/ono]