Kemauan

Oleh: Mochamad Nur Rofiq 

blokTuban.com - Syekh Musthafa Al-Ghalayani di dalam kitab Idhotun Nasyi'in mengatakan, dirinya belum pernah melihat seseorang yang meneguhkan kemauannya untuk mencapai sesuatu, kecuali sesuatu itu pasti tercapai. Tidak ada juga seorang yang bersungguh-sungguh menggapai sesuatu melainkan dia berhasil mencapainya.

Demikianlah kenyataannya, sebab arti kemauan itu sendiri adalah keinginan terhadap sesuatu, diikuti dengan usaha untuk mencapainya, mencurahkan segala kemampuan untuk merealisasikannya, mempersiapkan alat-alat atau sarana yang dapat membantu mewujudkannya, dan terus bekerja tanpa mengenal lelah. Tidak dapat diragukan, bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat terwujud, manakala cara-cara tersebut di atas dipenuhi semuanya oleh orang yang mempunyai keinginan.

Para ulama ahli tasawuf mengungkapkan, arti kemauan di atas dengan bahasa mereka:

"Sesungguhnya Allah itu memiliki banyak hamba, yang jika mereka itu menghendaki sesuatu, maka Allah pun menghendakinya"

Kalimat di atas secara sepintas sepertinya para ulama ahli tasawuf menjadikan kemauan Allah subhanahu wa ta'ala itu mengikuti kemauan hamba yang mempunyai keinginan. Tetapi para ulama tasawuf tidak menghasilkan kalimat di atas kecuali seperti yang kamu Uraikan sebelumnya. Sebab, perkara yang dihasilkan itu tergantung pada sebab-sebabnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menetapkan bahwa tercapainya hal yang diinginkan itu tergantung pada kesungguhan kemauan.

Dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam disebutkan: 

"Semua perbuatan itu tergantung niatnya"

Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa barangsiapa yang benar tekadnya, baik niatnya, menghadap pada kemauannya dengan sepenuhnya, dan terus maju mengupayakan apa yang dia inginkan dengan hati yang penuh kemauan, maka dia akan memperoleh apa yang dicita-citakan, dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Sebab, keberhasilan perkara yang diinginkan itu bisa terwujud, jika ada sebab, dan sebab itu adalah berupa kemauan.

Kemauan merupakan melatih jiwa, agar teguh dan maju melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dapat dikerjakan. Sehingga menjadi watak yang melekat pada jiwa tersebut.

Kemauan merupakan kebahagiaan yang tidak ada tandingannya bagi orang yang memiliki sifat itu. Dengan kemauan itu, orang mau bekerja dan taraf hidupnya meningkat. Dengan kemauan itu pula dia mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan berbahaya dan akhlak akhlak tercela, mampu mengendalikan atau memimpin hawa nafsunya. 

Karena kemauan itu pula seseorang menjadi manusia sempurna. Manusia yang benar-benar sempurna ialah manusia yang tidak mau dihalang-halangi oleh siapapun dalam usahanya mencapai cita-citanya, dan tidak mau dihentikan oleh kesenangan hawa nafsunya demi mencapai apa yang dikehendakinya.

Sesungguhnya para Nabi, ahli filsafat, dan tokoh-tokoh terkemuka semuanya, tidak mungkin dapat berhasil menyebarluaskan apa saja yang menjadi tujuannya, berupa paham atau Ideologi dan beberapa ajaran, serta tidak pula mereka itu bisa berhasil melaksanakan proyek-proyek yang mereka inginkan, sebagaimana yang telah tercatat dalam lembaran sejarah, kecuali dengan adanya kemauan. Keberhasilan mereka semua itu hanya karena kemauan mereka yang gigih. 

Bagian terpenting dalam kemauan mereka adalah, keteguhan dan ketetapan hati untuk terus bekerja sehingga berhasil. Meskipun, di tengah-tengah usaha itu mereka tertimpa musibah besar yang mampu merobohkan gunung dan meremukan besi.

Apa yang kita lihat tentang kegagalan kerja orang-orang bekerja itu, sebenarnya akibat dari tidak diperhatikannya pendidikan dan pembinaan kemauan dalam jiwa mereka. mereka tidak bisa bertahan dan sabar menekuni apa yang sedang mereka kerjakan.

Bahkan, Mereka cenderung mundur tatkala pertama kali menghadapi cobaan. Padahal, sabar yang sebenarnya adalah tabah ketika menghadapi awal musibah. 

Kemauan itu menuntut kesabaran, tidak ragu-ragu dan menganggap remeh rintangan-rintangan yang mengalangi usaha-usaha yang bermanfaat. Hal seperti itulah yang menjadi sebab utama keberhasilan pekerjaan.

Apabila kemauan itu adalah meresap dalam jiwa seseorang, maka akal pikirannya menjadi semakin bijak dan nafsu amarahnya jatuh tidak berperan, sedangkan manusianya menjadi sempurna derajatnya. Karena kamauannya yang meresap pada jiwa itu benar-benar melekat dan membekas dalam jiwa yang mulia, sehingga jiwa tersebut menjadi baik bersih dan bahagia.

Apabila di kalangan suatu bangsa terdapat banyak orang-orang yang jiwanya telah didasari kemauan keras, maka bangsa tersebut melaju dengan cepat pembangunan dan kemajuannya dengan cukup mengagumkan. Sedangkan setiap bangsa yang sendi-sendi keagungannya rapuh, dan pilar-pilar kemuliaannya ambruk, semua itu disebabkan bangsa tersebut kurang memiliki orang-orang yang berkemauan keras.

Ingatlah, bahwa barangsiapa yang lemah kemauannya maka itu pasti kerdil jiwanya dan rendah derajatnya. Mudah diombang-ambingkan hawa nafsunya dan dipermainkan oleh kemauan orang-orang kecil, lebih-lebih orang besar, sehingga dia bagaikan bola yang ditendang kesana kemari sesuai dengan kehendak orang yang mempermainkannya. 

Dia tidak ubahnya sebagai sasaran bidikan panah. Apabila dia didatangi oleh seseorang dengan menyodorkan suatu persoalan dan orang itu mendesaknya agar mengakui kebaikan persoalan tersebut, maka diapun menurut.

Akan tetapi, jika di kemudian hari didatangi orang lain dan mempengaruhi agar mengakui ketidakbaikan persoalan tersebut, maka diapun terpengaruh. Orang yang demikian ini adalah orang yang tidak memiliki pendirian dan mudah terombang-ambing oleh kemauan kemauan orang lain, serta dipermainkan oleh hewan nafsunya sendiri. Hal ini karena dalam jiwa orang itu tidak terdapat daya yang mampu menolak kebatilan dengan kebenaran, dan tidak memiliki akal cerdas, yang dapat membedakan antara perkara yang baik dan buruk.

Orang seperti itu jelas bukan termasuk orang yang sempurna.

Suatu bangsa yang menginginkan hidup layak dan senang, maka mereka harus mengajari putra-putrinya menanamkan kemauan keras dalam jiwa mereka. Sebab, kemauan keras adalah kunci kebahagiaan atau keberhasilan.

Wahai generasi muda, kalian semua adalah tiang-tiang bangsa, pilar-pilar keagungan, dan pemimpin-pemimpin bangsa di masa mendatang. Sebab itu, biasakanlah sejak sekarang menjadi orang yang berkemauan keras. Jangan memperdulikan rintangan-rintangan yang menghalangimu dalam mencapai cita-cita. 

Berkemauan keras itu merupakan pangkal akhlak terpuji. Kemauan keras itu ibarat mata akhlak yang jeli dan merupakan hatinya yang dapat berpikir.

Berkonsentrasilah pada kemauan, maka apa yang kalian inginkan mudah tercapai.

Ingatlah kata-kata: "Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki hamba-hamba, yang jika mereka mempunyai kemauan maka Allah mengabulkannya" Waallahu `Alam Bhissowab. [rof/ono]