Mendekati Musik Campursari dan Dangdut

Penulis: Sri Wiyono

blokTuban.com - Entah ini evolusi yang kebablasen atau tidak. Sebab, tongklek kemudian bergeser menjadi musik yang condong ke campursari, bahkan dangdut. Tongklek juga menjadi musik bayaran dan ada penyanyinya

Jangan heran, jika sekarang Anda mendapati pentas tongklek di atas panggung. Tidak lagi jalan seperti umumnya. Juga ada penyanyinya. Tak jarang penyanyi yang diiringi musik tongklek ini berpakaian seksi. Meski rata-rata busana penyanyinya menyesuaikan dengan musik dibawakan. Sopan.

Maka jadilah tongklek ini musik bayaran. Tak ubahnya grup campur sari atau musik dangdut. Karena itu, sudah lazim saat resepsi atau orang yang punya gawe ‘nanggap’ musik tongklek. Bahkan, untuk acara-acara resmi juga diselipi musik tongklek. Seperti misalnya peresmian pabrik, kantor, atau acara resmi lainnya. Termasuk menyambut kehadiran pejabat di suatu acara.

Untuk orang yang punya hajat, grup tongklek biasa bermain di atas panggung. Mereka biasanya menambah personel penyanyi. Lagu-lagunya pun tidak hanya puji-pujian atau salawatan seperti pada awalnya, namun sudah masuk lagu-lagu campur sari dan dangdut. Karena itu, tak heran jika kemudian ada yang joget di arena musik tongklek. Luar biasa.
Karena sudah menjadi ‘industri’, maka grup personel grup tongklek juga semakin bersolek. Grup tongklek juga mulai menjamur. Banyak sekali, bahkan, mungkin di setiap desa/kelurahan ada grup tongkleknya. Sekolah-sekolah juga tak mau ketinggalan membentuk grup tongklek.

Ajang untuk unjuk gigi juga semakin banyak. Bukan hanya festival yang digelar IPNU Cabang Tuban saja, karena kemudian banyak pihak yang menggelar ajang serupa. Seperti misalnya yang pernah Dinas Perekonomian dan Pariwisata (Disperpar), perusahaan-perusahaan, lembaga atau instansi lainnya. Menjelang Ramadan lalu,Polres juga menggelar festival musik tongklek tersebut.

Kepopuleran tongklek, saat ini menyamai campur sari. Musik ini seolah menjadi ikon baru Bumi Wali. Sebab, para pemain bukan lagi para pemuda atau golongan dewasa, seperti saat awal tongklek muncul. Karena saat ini, bocah-bocah SD sudah piawai bermain tongklek.

Bahkan, anak saya yang masih tiga tahun sudah sangat akrab dengan musik ini. Hampir tiap hari dia nonton tongklek dari Youtube. Atau setidaknya dia bermain sendiri menabuh drumband mainan, dan kentongan bambu. Atau apa saja yang bisa menimbulkan bunyi, seperti kursi, meja dan lemari.

Jika malam hari melintas di sejumlah jalan di Kota Tuban, khususnya di malam hari libur, atau Sabtu malam misalnya, jangan heran jika ketemu dengan grup tongklek lewat. Mereka bukan hanya sekadar beraksi, namun sudah mencari tambahan uang jajan alias ngamen.

Sepanjang musim mengalun, ada satu personel yang mendekati warga yang kebetulan di dekat mereka untuk meminta saweran. Jumlah grup yang keliling kota di Sabtu Malam bukan hanya satu, namun beberapa grup. Lalu ke depan akan berevolusi menjadi apa lagi musik ini. Wallahu a’lam. (*)