Keberanian

Oleh: Mochamad Nur Rofiq 

blokTuban.com - Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi, dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.

Aristoteles pernah berkata bahwa, 'The conquering of fear is the beginning of wisdom. (Kemampuan menahklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan)' Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. 

Senada dengan ucapan Syekh Musthafa Al-Ghalayani di dalam kitab Idhotun Nasyiin, dasar utama keberhasilan berbagai pekerjaan itu terletak pada diri pelaksana itu sendiri. Yaitu, rendahnya dalam jiwa pelaksana terdapat keberanian yang mendorongnya terus bekerja. Dia tidak akan mundur setelah berhasil mendapatkan sesuatu yang dicita-citakan.

Para pekerja atau pejuang tidak mungkin berhasil tanpa sifat yang mulia ini. Keberanian dapat membuat orang yang memiliki sifat ini menguasai berbagai persoalan penting dan segala kesulitan dapat teratasi. 

Keberanian adalah garis yang menengahi antara dua sifat yang tidak terpuji, yaitu antara sifat pengecut dan sifat kecerobohan. Di dalam sifat pengecut terdapat keteledoran dan di dalam sikap kecerobohan terdapat pengangguran. Sedangkan dalam sifat berani ada keselamatan. 

Keberanian itu bertindak maju ke depan dengan penuh kemantapan dan mundur dengan tatap teguh.

Keberanian itu ada dua bagian, yaitu keberanian moral dan material. Keduanya merupakan bagian dari hidup.

Keberanian material, yaitu pembelaan seseorang terhadap negara dan dirinya sendiri dari bahaya yang ditimbulkan sendiri. Serta memenangkan musuh-musuh dalam rangka memuliakan bangsa.

Usaha itu dia lakukan terus hingga Allah melakukan suatu urusan yang mesti dilakukan (kemenangan untuk dirinya dan kehancuran musuh-musuhnya). Apabila dia menang, maka berarti dia telah berhasil. 

Apabila dia belum dapat berhasil menggapai apa yang dicita-citakan, maka dia tetap mendapatkan pahala sebagai orang yang bekerja dengan ikhlas. 

Adapun keberanian yang bersifat moril, merupakan keberanian menegur atau mencegah kezaliman penguasa yang dholim. Serta mencegah kesesatan orang yang sesat. Memberi petunjuk kepada bangsa dengan nasihat yang baik, menuju jalan yang lurus dan terang. 

Apabila keberanian seperti ini hilang, maka penguasa yang dholim itu, tidak penting hentinya melakukan kezaliman. Kesesatan orang yang sesat itu semakin meningkat dan umat ini berjalan di atas jalan yang tidak benar. Akibatnya, dari semua ini adalah kehancuran total bagi bangsa.

Apabila keberanian seperti itu telah hilang, maka Negara ini tidak ubahnya seperti harta jalan yang terbagi-bagi. Negara ini kehilangan sesuatu yang kecil, hingga yang paling berharga.

Bangsa berteriak-teriak tetapi tidak ada yang memperhatikan. Golongan perusak dan penjarah itu terus melakukan kejahatan, tetapi tidak ada seorangpun yang mencegahnya. 

Kalau sudah demikian yang terjadi, maka negara benar-benar dalam ancaman bahaya besar, yang membuat setiap warganya sebagai hamba sahaya yang tidak berdaya. Mereka harus menurut pada tongkat komando Sang Penguasa.

Kemudian, muncul bencana hebat yang menghapus karakteristik bangsa.  Menghancurkan kemerdekaan dan kebebasannya, serta membuat bangsa ini lenyap atau musnah.

Begitulah keadaan bangsa, apabila mereka terjangkiti sifat takut dan tidak memiliki keberanian moril maupun materil. 

Apabila bangsa tersebut bertindak secara gegabah dan berjuang mengatasi keadaan tersebut, maka besar sekali kemungkinannya tertimpa bencana. Seperti mereka rasakan ketika dalam keadaan takut. 

Sebab, apabila mereka (bangsa) bertindak secara dadakan, sebelum membuat rencana dan persiapan, maka akibatnya buruk juga.

Apabila dipertanyakan jika seseorang itu harus memilih suatu diantara dua perkara, yaitu bertindak secara nekat sebelum membuat perhitungan atau bersikap apatis dan takut. 

Mana di antara kedua sikap itu yang lebih baik bagi bangsa?

jawabannya adalah, sesungguhnya didalam sikap apatis, takut, dan pengecut, sama sekali tidak ada kebaikan. Sedangkan tindakan tanpa perhitungan, atau tahawwur itu bila melakukan kadang-kadang atau mungkin membawa kesuksesan.

Tetapi yang paling dapat menyelamatkan bangsa dari bahaya di atas, adalah penanaman jiwa berani pada diri setiap bangsa. Keberanian adalah benteng yang kukuh dan tempat perlindungan yang aman.

Wahai Generasi Muda, hendaknya kita memiliki jiwa yang berani. Berpegang teguh pada keberanian. Jangan biarkan penyakit takut dan rayuan untuk bertindak gegabah bersarang di hati kita. 

Sesungguhnya licik merupakan suatu kebodohan dan tindakan gegabah merupakan kepongahan. Sedangkan berani adalah sifat orang-orang yang beriman. [rof/ono]