Kelicikan

Oleh: Mochamad Nur Rofiq 

blokTuban.com - Pembaca setia blokTuban.com yang dirahmati Alllah, tidak ada sifat dari sekian sifat yang lebih mendekati kehinaan, cela dan lebih dekat pada kematian dalam kehidupan, daripada sifat licik. 

Licik secara bahasa, banyak akal yang buruk; pandai menipu; culas; curang; dan licin. Sedangkan kelicikan, merupakan kepandaian memutarbalikkan perkataan; kecurangan; dan keculasan.

Menurut pengarang kitab Idhotun Nasyi'in, Syekh Mustafa Al-Ghalayani, sifat licik  itu tidaklah bercokol pada jiwa suatu bangsa, kecuali membuat mereka hina dina. Menjadikan mereka tercela, mundur, dan hancur, lalu mati.

Di saat bangsa diserang mendadak oleh lawan, lalu mereka merasa ketakutan untuk menangkal serangan lawan. Tidak berani melawannya akibat perasaan takut telah berjangkit kepada semua personil bangsa. Maka musuh-musuh itu akan mudah menyusup ke lapisan bangsa.

Masuk ke rumah-rumah mereka, dengan membuat berbagai kerusakan, menguasai negara dan memperbudak seluruh bangsa. Tanpa ada seorangpun yang berani mempertahankan dan menentang kejahatan musuh tersebut.

"Jika keadaan terus berlangsung seperti ini, maka negara ini akan dikuasai oleh sekelompok orang jahat. Mereka dengan leluasa melakukan pengrusakan alam (sawah dan ladang) dan melakukan pembunuhan terhadap anak bangsa. Mereka memperlakukan bangsa sebagai binatang yang tidak dapat berbicara," kata ulama besar Beirut itu. 

Andaikata bangsa ini tidak terkena penyakit licik, tentu mereka akan menghalau musuh-musuh tersebut sejauh-jauhnya. Sehingga, musuh menderita kerugian. 

Andaikata saja tidak ada penyakit licik pada diri bangsa ini, pasti mereka (musuh) dapat dipukul mundur, hingga mereka para musuh tidak berani kembali lagi.

Sikap diam, membiarkan perbuatan orang-orang yang bermaksud jahat terhadap bangsa adalah perilaku para pengecut. Sedangkan menentang dan memberantas kaum yang zalim, adalah bagian dari tanda-tanda keberadaan kehidupan yang menyenangkan bagi bangsa.

Sesungguhnya kehidupan bangsa yang maju dan terhormat itu tergantung pada orang-orang yang berani.

"Sungguh jelek, demi Tuhan yang menguasai Ka'bah, tampilnya di tengah-tengah kita, orang-orang yang bodoh berlagak seperti ulama, orang-orang curang berpenampilan seperti orang yang bersih, orang-orang yang beku berlagak seperti orang maju dan cerdik, orang yang lemah tidak mampu berjuang berpenampilan seperti orang yang cakap, dan orang-orang yang mestinya sudah mati jadi bangkai, tetapi pakaiannya seakan-akan masih hidup tegar," tegas Syekh Musthafa.

Ada yang lebih buruk daripada hal di atas, yaitu sikap kita sendiri yang menyerahkan segala macam persoalan kepada sekelompok orang seperti yang tersebut di atas, dengan cara munafik. Semata-mata ingin mendapatkan keuntungan pribadi, atau memang karena kelemahan jiwa kita dan kemerosotan akhlak kita sendiri.

Yang paling jelek lagi, adalah sikap kita yang membela dan mempertahankan kedudukan orang-orang zalim, yang suka merampas hak-hak rakyat kecil. Menggunakan kekuasaan untuk mengeruk keuntungan pribadi, serta orang yang bermaksud jahat terhadap bangsa.

Lebih parah lagi bila kita menganggap orang zalim tersebut, sebagai orang-orang yang baik, mempunyai niat atau maksud baik, dan jujur atau profesional kerjanya.

Sesungguhnya sikap atau perangai yang seperti itu, sumbernya adalah licik, pengecut dan takut, merupakan tindakan penipuan dan penghancuran terhadap bangsa. 

Sebab, perbuatan yang demikian itu berarti menyerahkan bangsa kepada orang yang merusak kehidupan dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial. Mereka juga merusak sendi-sendi norma atau akhlak bangsa.

Wahai generasi muda mari memohon perlindungan kepada Allah, dari orang-orang yang pengecut bodoh dan hina. Sesungguhnya kelicikan atau sikap pengecut, merupakan induk dari segala penyakit bangsa.

Mari membiasakan diri sebagai pemberani. Pasti kita semua menjadi orang yang bisa menjaga atau mempertahankan harga diri, jujur dalam berbicara, dan berhasil dalam berjuang.

Sesungguhnya licik atau sikap pengecut benar-benar membahayakan bangsa. Bahkan dapat menjadikannya hina dina. 

Sebab, mereka hidup di bawah kekuasaan orang-orang dholim. Diperlakukan sewenang-wenang oleh orang-orang bodoh. Dan diberdayakan oleh orang-orang yang lacur.

Apabila keadaan bangsa tetap seperti itu, maka hancurlah masa depan mereka.

Janganlah ada rasa takut dicela dalam usaha menegakkan kebenaran. Janganlah kita itu jerah oleh kekuasaan orang-orang yang dholim. Sebab, sesungguhnya dalam ketakutan itu terdapat kehancuran. Sedangkan dalam keberanian terletak kehidupan yang menjanjikan.

Generasi muda saat ini, kelak menjadi bapak. Oleh karena itu jadikanlah diri kita semua sebagai teladan yang baik untuk anak-anak. Jika kita bisa seperti itu, maka bangsa ini akan hidup seperti layaknya kehidupan orang-orang yang bahagia. [rof/ono]