Puluhan Tahun Sudah Terbiasa ‎Kena Goncangan, Jembatan Ambrol Itu Takdir

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com -‎ Warga yang bermukim di dekat Jembatan Widang, penghubung Kabupaten Tuban dan Kabupaten Lamongan itu mengaku sudah terbiasa dengan goncangan saat jembatan dilewati kendaraan.  

"Pagi, siang, malam, setiap hari ya begini. Kendaraan yang lewat jembatan itu kan besar-besar. Setiap waktu selalu ramai, setiap waktu juga rumah ini terasa goncangannya," papar Mbah Ma'un, warga sekitar yang tinggal dekat bawah jembatan.

Sudah puluhan tahun lebih, Mbah Ma'un tinggal dan membuat usaha kecil-kecilan di bawah Jembatan Widang yang merupakan kawasan komplek santri-santri Ponpes Langitan. Telah banyak kenangan telah tercipta, mulai dari waktu dia dilahirkan, beranjang dewasa, menikah dan dikarunia anak hingga cucu.

Dibenaknya, tak ada sedikit pun rasa takut, risih, bahkan niat untuk pindah dari lingkungan tempat tinggalnya. Baginya, musibah yang terjadi kemarin, Selasa (17/4/2018) merupakan peristiwa yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta hidup dan mati.

Di kawasan Jembatan Widang, kemacetan demi kemacetan tak bisa dihindari ‎sewaktu-waktu. Keluar masuk kendaraan besar bertonase berat, seringkali membuat pengap aktivitas jalan raya menuju Babat-Lamongan itu.

"Berprasangka baik saja, kejadian itu pas lagi apes. Seringkali kendaraan besar macet di jembatan dulu-dulu tak apa. Kadang macetnya sampai kawasan sini juga malah. Dan, ambruknya jembatan baru kemarin. Mungkin sudah tua juga jembatan itu," imbuhnya kepada blokTuban.com, Rabu (18/4/2018).

‎Penuturan warga lainnya, Awang Haris, banyak pedagang-pedagang keliling yang sering mangkal di kawasan pesantren itu. Warung-warung dan rumah makan juga bertebaran di sana, bahkan terdapat sebuah warung yang notabennya sering ramai dikunjungi warga dan muda-mudi, untuk sekadar sarapan atau minum kopi.

"Warga sini merasa aman-aman saja. Untuk kejadian ambruknya jembatan, kita anggap sebagai peristiwa apes yang baru terjadi kali ini," jelas Pak Awang, panggilan akrabnya.

Selain suasana lingkungan pesantren, daerah yang dilewati Sungai Bengawan Solo itu juga terdapat banyak warga yang meancing di sungai. Meskipun perolehannya tak tentu, dapat sedikit maupun banyak, banyak warga yang tetap melakukan‎ aktifitas tersebut sebagai sarana hiburan.

"Sebelum ambruk, banyak orang-orang dari luar Widang juga‎ yang datang untuk memancing di Bengawan sana. Anak-anak kecil dan pemuda juga iya. Ramai, tapi besok-besok nggak tau apa ada banyak orang yang mancing atau tidak," pungkasnya. [feb/col]