Pasang Surut Air Bengawan, Tantangan Penambang Pasir

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Proses pekerjaan para penambang pasir warga bantaran Sungai Bengawan Solo, baik manual ataupun dengan alat hisap (mesin) sangatlah tergantung dengan seberapa besar volume air bengawan. Pasalnya, debit air bengawan yang meninggi dapat mempersulit proses pengangkatan padat ke permukaan.

Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang penambang pasir derek manual, Parmen saat ditemui blokTuban.com di lokasi tambang pasir Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel. Jika kondisi bengawan sedang normal, arus dan air tak terlalu deras, para penambang bisa memperoleh tiga rit pasir dalam tiga putaran kerja seharinya.

Sebaliknya, jika kondisi bengawan terus naik seperti beberapa hari ini, para penambang harus rela mengistirahatkan alat kayuh manual pengambil pasir, serta menghemat tenaga untuk digunakan bekerja apabila bengawan telah normal.

"Sementara gak nyari pasir, istirahat tenaga dulu. Tambang manual kayuh ini perlu tenaga lebih. Kalau bengawan besar, kita juga kesusahan. Belum lagi arusnya yang deras," papar Parmen ketika berada di bantaran, Senin (12/3/2018).

Hal serupa juga diutarakan oleh penambang lainnya. Volume bengawan yang bertambah tinggi, bisa menyulitkan penjajakan bak songkro pengeruk pasir hingga berada di kedalaman 15 meter sampai 20 meter.

"Kalau bengawan normal, maksimal dua belas meter kedalaman bak hingga ke dasar pasir bengawan," ujar Sukri usai memeriksa perahu tambang kayuhnya, sebab tak jadi digunakan beroperasi.

Dia juga mengeluhkan debet air yang deras akan menyulitkan pekerja tambang. Bak timba pasir akan terasa sangat berat ketika diangkat ke permukaan perahu, ditambah lagi deras air akan membawa serta hasil pasir yang diperoleh jadi berkurang.

"Jika tetap memaksa, seperti itu. Dari pagi sampai siang, belum juga dapat pasir satu perahu. Karena derasnya air bengawan, jadi serba sulit," imbuhnya sambil menunjukkan para penambang pasir yang berada di seberang wilayah Kabupaten Tuban. [feb/rom]