Pengrajin Gerabah yang Mulai Kehilangan Penerus

Kontributor: Dewi Ratna Sari

blokTuban.com - Pekarangan rumah warga Kelurahan Karang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban tampak berbeda. Di sana menawarkan pemandangan yang unik berupa ratusan kerajinan yang terbuat dari tanah liat. Kerajinan gerbah tersebut berjejer rapi dalam proses penjemuran.

Di sinilah kundi yang di pasarkan di wilayah Tuban dan sekitarnya dibuat. Masyarakat di desa ini tahu betul mencari nafkah dengan menggulat tanah liat. Seperti pengakuan seorang warga bernama Sukarlip (55). "Saya sudah dari kecil membuat gerabah ini, ilmunya sudah diajarkan secara turun temurun," katanya.

Sukarlip mengaku telah menekuni usahanya ini selama puluhan tahun, bahkan saat masih kecil sudah diajarkan oleh ibunya. "Saya ini merupakan generasi kedua pembuat gerabah di sini. Sebelumnya sudah berdiri sejak tahun 50-an," terang Sukarlip.

Mungkin tidak banyak, namun hasil dari membuat gerabah ini diakui Sukarlip cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Omset perharinya sekitar Rp125.000, dengan keuntungan sekitar Rp35.000. Disamping itu, usaha gerabah ini juga membutuhkan banyak modal.

"Kami beli pasir seharga Rp200.000 per truk, tanah liatnya juga Rp200.000, dan untuk bahan bakar proses pembakarannya sebesar Rp300.000," ucapnya yang masih tekun membuat kundi.

Setelah melalui berbagai proses, harga sebuah kundi hanya sebesar Rp750 per biji. Tidak mahal memang, tidak sebanding dengan proses pembuatannya yang memakan waktu dan kerumitan. "Mau bagaimana lagi, kalau dimahalin nanti pembelinya kabur," ujar Sukarlip dengan canda.

Selain itu, Sukarlip juga khawatir dengan tidak adanya penerus dalam usahanya. "Zaman sekarang siapa lagi yang mau buat seperti ini? Anak-anak saya saja sudah tidak ada yang mau meneruskan," ujarnya. Sukarlip berharap usaha dalam bidang pembuatan kundi ini terus berlanjut. [dee/rom]

*Kontributor adalah mahasiswa Fisip Unirow magang di blokTuban.com.