Tak Hanya Hijau-Merah, Warga Bantaran Selalu Siaga Banjir

Kontributor: M. Anang Febri

blokTuban.com - Tinggal di dekat area bantaran sungai, seperti halnya Sungai Bengawan Solo membuat warga harus selalu siap siaga dalam kondisi apapun, Selasa (9/1/2018).

"Tak hanya dalam kondisi Bengawan siaga hijau, siaga kuning, ataupun siaga merah saja. Namun dalam segala kondisi, warga bantaran harus siap siaga," buka Mas To, warga Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel yang tinggal dekat bantaran sungai Bengawan Solo selama 20 tahun lebih.

Kepada blokTuban.com, dirinya menambahkan, seperti musim tak tentu yang terjadi pada 3-4 tahun belakangan ini menyebabkan kondisi Bengawan jadi tak tentu. Kondisi iklim tak tentu yang disebabkan oleh banyak faktor, tak bisa dijadikan patokan dalam perkiraan siaga bengawan.

"Terkadang, saat daerah sini tak ada hujan, Bengawan bisa tambah besar. Nggak bisa dipastikan tentunya seperti apa, itu yang menjadikan kami harus selalu siaga," imbuh  lelaki paruh baya tersebut, yang juga menjadi saksi keganasan banjir Bengawan sekitar akhir tahun 2007 lalu.

Hal serupa juga dituturkan oleh pekerja jasa sebarangan Bengawan, atau lebih dikenal dengan pekerja 'tambangan' setempat. Dalam aktivitas sehari-harinya untuk mengangkut dan menyeberangkan penumpang dari Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban menuju daerah Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro ataupun sebaliknya, para pekerja harus ketara hati-hati.

"Volume dan debit Bengawan sangat tak tentu. Semula standar, tiba-tiba membesar. Sudah surut sedikit, tak lama jadi besar lagi. Kita harus selalu siaga dan berhati-hati," papar pekerja 'tambangan', Wasral saat hendak menyeberangkan penumpang menuju Kanor-Bojonegoro.

Dari data yang dihimpun blokTuban.com, perubahan volume dan debit Bengawan Solo yang tak tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti dibukanya pintu air Bendungan Serga Guna Wonogiri atau Waduk Gajah Mungkur, serta pengaturan buka tutup pintu air Bendungan Gerak Bojonegoro. Tentunya melalui pertimbangan kondisi terlebih dulu. [feb/ito].