Berbulan-bulan, Banjir Sawah di Rengel Baru akan Surut

Kontributor: M. Anang Febri

blokTuban.com - Menjelang akhir tahun 2017, hujan deras sering mengguyur sebagian besar wilayah di Kabupaten Tuban, sehingga menyebabkan lahan pertanian warga terendam air, Rabu (29/11/2017).

Seperti daerah pertanian yang berada di Kecamatan Rengel, tepatnya di Desa Sawahan hingga Desa Maibit yang terletak di sebelah selatan jalan raya Maibit-Logawe Rengel yang semakin hari, banjir bertambah luas.

Dari data yang dihimpun blokTuban.com, daerah langganan banjir tersebut dalam tiga tahun terakhir ini terbilang parah. Pasalnya, air yang menggenang di area persawahan dekat rawa itu bisa surut dan kembali seperti semula dengan jangka waktu yang tidak sebentar, bahkan bisa berbulan-bulan.

"Dulu persawahan Maibit sampai Sawahan kalau banjir bisa surut dalam hitungan hari saja. Beda kalau sekarang, bisa berbulan-bulan baru surut. Apa sebab pastinya, kurang tahu," papar Sahal (20), salah seorang pemuda Desa Maibit yang sawah milik keluarganya juga ikut terendam.

Dia menambahkan, kemungkinan hal itu terjadi dikarenakan wilayah tersebut merupakan area rawa. Bagian rawa dengan permukaan paling rendah diantara lahan persawahan sekitarnya bisa yang menyebabkan air banjir surut begitu lama.

"Kalau dilihat, daerah rawa dekat persawahan itu memang lebih rendah dari tanah yang lainnya," imbuh Sahal.

Hal senada juga diungkapkan Darum, salah seorang warga setempat yang ditemui blokTuban.com saat mencari rumput di sekitar lokasi sawah yang banjir.

Sekali hujan, sawahan itu bisa langsung banjir. Disusul hujan dihari-hari berikutnya, menyebabkan genangan air yang belum sempat menyusut mengakibatkan sawah yang terendam semakin luas.

"Kalau sudah banjir begini surutnya bisa lama. Sekitaran dua sampai tiga bulanan baru bisa surut dan kering, kadang juga lebih," ungkapnya.

Kejadian itu mengakibatkan banyak petani yang merugi. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, lahan pertanian terbengkalai tak ditanami padi. Mengingat, sawah yang terendam banjir dari air hujan itu membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa diolah.

"Petani sini jarang yang mengurus sawahnya, kondisinya seperti ini. Ada juga yang tanam pas kemarau. Tapi hasilnya ya gak maksimal," pungkasnya.

Petani setempat hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut. Banyaknya tikus yang bermukim di rawa juga menjadi problem tambahan. Mereka menanti solusi dan bantuan dari Pemerintah Desa (pemdes) atau instansi terkait yang berwenang dalam menangani masalah itu. [feb/rom]