Menilik Amerika di Abad 19 dari Mata Anak-Anak

Peresensi: Lina Nurdiana

‘Tawa semacam itu bagaikan uang. Dengan suka tertawa berkuranglah rekening dokter.’(Halaman 236)

Bagai pintu kemana saja milik Doraemon, buku adalah benda ajaib yang bisa mengantarkan pembacanya ke mana saja dalam latar waktu kapan saja. Setidaknya begitulah yang saya rasakan. Kali ini, di buku karangan Mark Twain yang berjudul Petualangan Tom Sawyer (The Adventure of Tom Sawyer) kita diajak menjelajah cerita yang berlatar Amerika pada abad 19. Cerita ini ditulis pada tahun 1878 dan berlatar di sebuah kota di tepi Sungai Mississippi bernama St. Petersburg.

Tokoh utama dari novel ini bernama Tom Sawyer, seorang anak yang menginjak remaja yang nakal namun pintar, imajinatif namun masih percaya takhayul, suka membohongi Bibinya (Bibi Polly), dan sangat suka berpetualang. Tom mempunyai seorang teman bernama Huckleberry Finn, yang terkenal sebagai anak yang seharusnya dijauhi. Huckleberry Finn adalah gelandangan dan anak seorang pemabuk. ‘Huckleberry dibenci dan ditakuti oleh semua ibu di kota kecil itu sebab ia selalu bermalas-malasan, tak mempunyai aturan, kasar dan dianggap bertabiat buruk.’(Halaman 51)

Cerita dimulai saat Tom mencuri selai Bibinya dan membolos sekolah. Tak dinyana, dia bertemu dengan gadis cantik bermata biru dengan rambut pirang berkepang dua. Tom pun langsung jatuh cinta pada gadis itu, yang diketahui bernama Becky Thatcher.

Petualangan pun berlanjut hingga pada malam hari sekitar pukul sebelas malam, Tom dan Huckleberry Finn tidak sengaja menjadi saksi kasus pembunuhan di sebuah kuburan. Korban pembunuhan itu ialah Dokter bernama Robinson. Saksi tersebut sangatlah menjadi penting karena Si Pelaku yang bernama Joe Si Indian mengambinghitamkan Muff Potter, sehingga seluruh kota, bahkan Muff Potter sendiri percaya bahwa Muff Potter adalah pelakunya.

Sementara itu, imajinasi Tom Sawyer mengantarkan dirinya dengan kedua temannya, Huckleberry Finn dan Joe Harper, pergi ke Pulau Jackson berhari-hari dan menjadi seorang bajak laut. Orang-orang mengira bahwa ketiga anak itu hilang, karena Pulau Jackson merupakan pulau panjang berhutan lebat yang terletak beberapa kilometer sebelah hilir St. Petersburg. Karena mereka hilang cukup lama, orang-orang menduga bahwa mereka telah meninggal, namun dugaan itu dipatahkan ketika ketiga anak itu muncul tepat saat acara pemakaman mereka sendiri.

Puncak dari petualangan Tom adalah saat dia dan temannya, Huckleberry Finn menemukan harta karun di sebuah gua. Tom dan Huck sekonyong-konyong menjadi orang kaya karena harta karun itu berisi uang emas yang berjumlah hampir 12 ribu dolar.

Novel ini, walaupun novel klasik, merupakan novel yang ringan untuk dibaca. Bahkan banyak sekali bagian dari novel ini yang membuat si pembaca tertawa. Salah satunya adalah bagian saat Tom mengutarakan keinginan lamanya, yaitu menjadi seorang perampok.


‘Tak ada yang lebih sopan daripada perampok. Bisa kau buktikan dalam buku-buku.’ (Halaman 266)

Selain lelucon-lelucon klasik yang dapat saya nikmati dari buku ini, yang saya dapatkan dari buku ini adalah suasana Amerika di abad 19 yang begitu terasa. Pada saat itu, lingkungan masih sangat rasis, orang berkulit hitam menjadi budak orang berkulit putih. Selain itu, kepercayaan pada takhayul sangat kental. Bahkan diceritakan di buku ini bahwa bangkai kucing dipercaya bisa menyembuhkan kutil.  Yang lebih mencengangkan adalah sistem pendidikan yang sangat ketat. Dulu, hukuman cambuk sudah biasa diberikan untuk siswa yang melakukan kesalahan. Tom sendiri pernah kena hukum cambuk karena dianggap telah menumpahkan tinta di buku ejaannya. Bagaimana saya bisa sangat percaya akan latar suasana dalam buku ini? Karena dalam bagian pengantar, pengarang menulis bahwa mayoritas peristiwa dari buku ini adalah nyata. Mark Twain menyebutkan  "Hampir semua peristiwa yang diceritakan dalam buku ini betul-betul terjadi; satu dua merupakan pengalamanku sendiri, selebihnya pengalaman kawan-kawan sekolahku."

Kembali ke buku. Buku ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya kertas ringan dan elastis sehingga jilidannya tidak gampang rusak, sampul buku yang sederhana nan klasik namun terlihat menarik dan berkelas, ada ilustrasi yang memperjelas latar suasana, dan penerjemahan yang lucu nan mudah dipahami. Saya juga menyalutkan kemahiran penerjemah buku ini. Bahasa yang digunakan sangat lucu sehingga semakin membangun suasana jenaka. Saya sangat ingat penulis juga menggunakan kalimat ‘tedeng aling-aling’ yang bagi saya sangat lucu.

Kelemahan buku ini sangat sulit dicari. Namun diantaranya adalah masih ada typo (salah ketik) namun masih bisa dimaklumi, dan tidak ada catatan kaki untuk istilah yang lumayan asing di telinga.

Cerita ini berlanjut pada buku yang berjudul Petualangan Huckleberry Finn (The Adventureof Huckleberey Finn), yang menceritakan petualangan Huckleberry. Namun cerita di buku tersebut tidak berhubungan erat dengan buku Petualangan Tom Sawyer. Jadi, tidak mengapa jika membaca buku Petualangan Huckleberry Finn terlebih dahulu sebelum membaca buku Petualangan Tom Sawyer.

Untuk keseluruhan, saya sangat merekomendasikan buku ini, apalagi bagi anda yang mencari bacaan klasik namun tidak terlalu berat. Salam Literasi. [lis]

Identitas Buku
Judul : Petualangan Tom Sawyer (The Adventure of Tom Sawyer)
Pengarang : Mark Twain
Penerjemah: Djokolelono
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit: Cetakan pertama, Mei 2016
Jumlah halaman: xii+284