Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Sejumlah ibu rumah tangga (IRT) dan pelaku usaha di Kabupaten Tuban dikejutkan dengan naiknya harga garam dapur. Sebab, dengan naiknya harga kebutuhan pokok dapur itu, isi kemasan menyusut dan tidak jarang membuat kaum hawa mengeluh.

Jumilah (36), ibu rumah tangga asal Kecamatan Bangilan mengeluhkan harga garam saat ini. Menurutnya sebagian garam dapur yang beredar di pasaran haraganya tetap, namun isinya berkurang kisaran 50 persen. Biasanya, harga Rp500 bisa dipakai tiga kali, saat ini satu kali sudah habis.

"Kalau harga yang saya beli tetap, namun isinya yang dikurangi," ujar ibu dua anak itu.

Hal senada juga diungkapkan seorang penjual makanan, Saminah. Saat ini, garam dapur terbeli dengan harga Rp1500 per bungkus. Padahal, sebelumnya harga perbungkus garam dapur buatan pabrik dibelinya dengan harga Rp500 per bungkus.

"Luar biasa naiknya harga garam. Meski begitu, tetap terbeli karena kan kebutuhan pokok," sergah ibu penjual lontong dan mie ayam itu.

Diberitakan sebelumnya, ketiadaan garam terjadi di sejumlah pasar tradisional Tuban. Akibatnya, bumbu pokok dapur ini ditaksir sudah mencapai dua kali lipat dibanding harga sebelumnya.

Kelangkaan garam di Tuban cukup aneh. Mengingat Tuban adalah wilayah pesisir dengan tambak garam yang tidak sedikit. Para petani garam menyebut, tahun ini gagal produksi karena faktor cuaca.

"Saat mau panen, ternyata turun hujan sehingga garamnya tidak jadi," kata Munasir, petani garam asal Desa Cempokorejo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.

Gagalnya produksi garam di Tuban tampaknya berimbas pada ketersediaan di tingkat pedagang. Garam jenis grosok (kasar) hasil produksi lokal sangat sulit ditemukan di pasar, sementara garam halus kemasan yang biasanya didatangkan dari luar daerah masih bisa didapat, namun dengan harga lebih mahal. [rof/ito]