Tradisi Pasan menjadi salah satu agenda tahunan di bulan puasa yang ditunggu. Banyak hal yang menjadi latar belakang para santri untuk menjalaninya setiap tahun.

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com – Tradisi pasan, atau mengaji berbagai kitab di pondok pesantren khusus di bulan puasa merupakan momen yang tidak boleh ditinggal. Banyak santri yang datang dari berbagai daerah mendatangi suatu pondok. Tujuannya adalah berguru langsung kepada orang atau kyai yang tepat, meski si santri berasal dari pondok dan guru yang lain.

Baca juga: https://bloktuban.com/berita-read.php/?show=9905-tradisi-pasan-ngaji-tabaruk-di-bulan-ramadan-bagian-1.html

Ada beragam alasan bagi santri untuk melakoni tradisi pasan.

Dwi Husnawan Romadhoni, satu di antara puluhan santri yang mengikuti pasan di salah satu pondok di Kabupaten Tuban, menjelaskan tradisi dilakukan sambil menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Ada waktu senggang yang sangat sayang dilewatkan begitu saja di bulan Ramadan tahun ini.

Santri yang baru lulus Madrasah Aliyah itu mengaku, dengan adanya tradisi pasan, dirinya memiliki kesempatan memperdalam ilmu agama untuk bekal hidup sehari-hari. Ia juga memiliki kesempatan belajar dengan kiai khos dan berharap mendapat berkah dari kiai yang meneruskan dari kianya, dan kiainya hingga ke Rasulallah SAW.

"Istilahnya selain belajar agama, santri pasan itu ingin ngalap berkah (mencari berkah)," jelas santri pasan di pondok pesantren Mansyaul Huda 002 Senori itu, saat ditemui blokTuban.com.

Husnawan, begitu ia disapa menjelaskan, ketika pasan dirinya lebih banyak memperdalam ilmu fiqih, akhlak, tasawuf, hadits, tafsir, dan Alquran. Santri asal Kaligede, Kecamatan Senori itu selama pasan kegiatan pondok lebih padat dari biasanya. Sehingga, santri lebih mengerti bermacam-macam kitab.

Ketika disinggung siapa yang mengenalkan tradisi pasan pada dirinya, Husnawan mengaku dari orang tua. Untuk itu, mengikuti tradisi pasan juga dijadikan alasan dia untuk mencari ridlo orang tuanya.

"Menurut saya banyak sekali manfaat mengikuti kegiatan pasan. Selain mendapat ilmu, keberkahan, juga untuk mencari ridlo guru dan membahagiakan orang tua," tutur santri salaf itu.

Hal senada juga diungkapkan santri di pondok pesantren Al-Mudzakkiri asal kota ledre, Bojonegoro, M. Taufiqi Hamzah Burhani (14). Menurut dia, ketika datang bulan Ramadan sudah seharusnya dimanfaatkan untuk mengaji di pondok. Dengan mengikuti tradisi pasan, ia berdalih berburu pahala yang lipat ganda dan mencari ridho kiyai (tabarukan).

"Meski belajar singkat, kita bisa khatam kitab yang bermacam-macam," imbuhnya.

Tidak hanya kalangan santri saja, orang tua pun sama dalam menilai tradisi pasan yang dinilai penuh dengan keberkahan. Seperti yang dikatakan Suyitno (42), wali santri putri pondok Mansyaul Huda 002 Senori asal Bojonegoro, ketika ditemui blokTuban.com ketika mengantarkan anaknya.

Menurut Suyitno, tradisi pasan merupakan momen yang pas untuk menggembleng putrinya di pondok pesantren. Tujuannya, agar anak tidak hanya menguasai ilmu umum.

"Ngajinya biar lebih serius, agar seimbang ilmu yang dimiliki anak, antara ilmu agama dan umum," jelasnya.

Ia minilai, setelah mengaji di pondok pesantren diharapkan anaknya bisa mengamalkan apa yang didapat dari kiyainya. Karena yang dinilai berhasil dan barokah menuntut ilmu adalah santri yang bisa mengamalkan ilmunya dan bermanfaat bagi sekelilingnya. Selesai. [rof/col]