Belajar dari Prof. Ridlwan Melalui Biografinya

Pengirim: Ali Rohmah

blokTuban.com - Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya periode 2000-2009, Prof. Dr. H. Ridlwan Nasir, MA, Sabtu pagi (6/5) meluncurkan biografinya. Buku setebal 370 halaman ini merekam perjalanan hidupnya hingga usia ke 66 tahun.

Dalam sambutannya, pria kelahiran Tegal ini menjelaskan apabila selama ini dirinya ingin menularkan berbagai pelajaran hidup kepada generasi penerusnya maupun para muridnya. Dengan adanya biografi ini, dia berharap apabila setelah dirinya nanti wafat, siapapun bisa tetap belajar dari dirinya.

Bagi Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur ini, buku bisa menjadi wahana yang baik bagi siapapun yang ingin berbagi pengalaman dan pelajaran hidup kepada siapapun.

Oleh karena itu dia sangat apresiatif manakala tim penulis yang terdiri dari Wasid Mansyur, Chafid Wahyudi, Rijal Mumazziq Z, Ach. Syaiful A’la dan Ali Hasan Siswanto menghubungi dirinya untuk menuliskan perjalanan hidupnya.

Sedangkan dalam sambutannya, Prof. Dr. Shonhadji Soleh, yang merupakan senior Prof. Ridlwan mengisahkan kiprah keorganisasian Prof. Ridlwan di masa muda, di saat menjadi aktivis PMII sekaligus menjadi mahasiswa berprestasi.

“Beliau ini bermetamorfosa dengan baik dari junior yang cerdas menjadi senior yang bijak dan ngemong. Siapapun yang minta tolong ke beliau pasti dibantu,” kata Prof. Sonhadji.

Dalam sambutannya sebagai editor buku, Prof. Masdar Hilmy mengisahkan perjumpaan awalnya dengan Prof. Ridlwan. Saat itu dia dibelikan kamus bahasa Inggris-Indonesia karya John Echols-Hassan Sadhily, meskipun dirinya masih SMP.

“Namun, justru dengan kamus ini saya ditantang beliau untuk belajar bahasa asing dengan baik dan agar bisa sekolah di luar negeri, sebuah motivasi dari beliau yang akhirnya terlaksana ketika saya belajar di Kanada dan Australia.”

Sedangkan Chafid Wahyudi, salah seorang penulis, menjelaskan apabila ketawadluan dan kebijaksanaan Prof. Ridlwan sudah menjadi cirikhas yang melekat pada dirinya.

“Siapapun yang punya masalah dibantu. Beliau punya prinsip kalau bisa dipermudah mengapa harus dipersulit. Ini yang saya kira menjadi pelajaran bagi kita semua.”

Di kalangan mahasiswa, Prof. Ridlwan selain dikenal sebagai pimpinan yang mempermudah birokrasi kampus, juga dikenal sebagai seorang guru besar bidang tafsir yang seringkalu memberi ijazah amalan Shalawat Badawiyah alias Shalawat Nuraniyah, shalawat yang disusun oleh wali quthb asal Mesir, Sayyid Ahmad Badawi. Prof Ridlwan menjelaskan apabila dirinya mendapatkan amalan ini dari KH. Adlan Aly yang diijazahi oleh KH. Hamid Pasuruan.
“Saya bisa seperti ini antara lain berkat shalawat tersebut,” kata Prof. Ridlwan, yang juga alumni Pesantren Tebuireng ini.

Dari sekitar 100 hadirin yang hadir, semua mendapatkan bingkisan biografi Prof. Ridlwan dan salah satu karyanya, Takhrij Hadits, yang dibagikan secara cuma-cuma.