Miniatur Cantik dari Tangan Pesilat

Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, bisa dibilang daerahnya pendekar silat. Saat ini, terhitung ada empat perguruan silat yang cukup aktif di desa yang berada di kaki bukit kapur Kabupaten Tuban itu.

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Ada empat perguruan silat di desa ini. Diantaranya: Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), IKS PI Kera Sakti, Margaluyu 151, dan Bunga Islam. Meski di tempat terpisah, lokasi latihan masing-masing perguruan berdekatan dan masih satu desa.

Kalau di daerah lain sering terdengar banyaknya tawuran antar pendekar perguruan. Berbeda di desa ini, para pendekarnya menjalin hubungan harmonis, saling menghormati, dan bahkan disibukkan dengan kegiatan bersama yang bermanfaat bagi anggota dan masyarakat yang lain.

Mereka bergabung dan menghimpun diri membentuk Pendekar Siaga. Ikut menjaga keamanan lingkungan, menggerakkan kegiatan-kegiatan sosial, seperti membangun rumah warga miskin dengan dana dan tenaga murni dari masyarakat. Menyiapkan tabungan akhirat di tiap-tiap rumah untuk kegiatan sosial, dan sekarang, disibukkan dengan menggerakkan potensi ekonomi guna kesejahteraan bersama.

Redaksi blokTuban.com berkesempatan melihat dari dekat aktivitas Pendekar Siaga di Guwoterus. Terutama upaya mereka memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dari alam agar bernilai ekonomis, juga mengusahakan peluang wisata alam agar mendongkrak perekonomian masyarakat.

"Kami mengandalkan potensi lokal yang ada di Guwoterus," kata seorang pendekar dengan ramah, Sabtu (6/5/2017).

Rumah sederhana berbahan utama kayu di pinggir jalan desa setempat menjadi jujugan pertama. Kholik Yuliamin (33), salah seorang pendekar memperlihatkan belasan miniatur rumah adat hasil karyanya yang terbuat dari bambu ori. Yakni sejenis bambu lokal yang mudah dijumpai di Guwoterus.

"Saya sengaja membuat miniatur dari bahan bambu dan tidak menggunakan kayu," kata Kholik.

Kholik beralasan, bambu mudah dijumpai di desanya dan cukup mudah tumbuh. Dia tidak mau menggunakan kayu, padahal Guwoterus merupakan salah satu desa pinggir kawasan hutan jati. "Kalau pakai kayu bisa habis hutan di sekitar sini. Kami tidak mau merusak hutan," katanya beralasan.

Kholik awalnya tidak menyadari kalau dia mempunyai bakat mengolah bambu menjadi aneka jenis miniatur. Awalnya, di bulan September 2016 lalu, dia mendapat kepercayaan membuat rancangan musholla dengan bambu di kawasan wisata Goa Putri Asih.

Tahun lalu tukang yang ditunjuk mendadak menyatakan ketidaksanggupannya. Karena jenis bambu tertentu yang dia minta tidak bisa didapat. Terpaksa Kholik yang mengambilalih tugas itu membuat rancangan musholla menggunakan bahan bambu lokal dari desa sendiri.

"Karena ragu saya bikin miniatur musholla dulu menggunakan bahan bambu," katanya mengenang.

Miniatur musholla yang dia buat justru memantik perhatian teman-temannya sesama pendekar silat. Dia lantas disarankan membuat lebih banyak lagi untuk dipasarkan. Pekerjaan membuat musholla selesai, Kholik pun menseriusi pekerjaan baru membuat kerajinan berbahan dasar bambu.

Produk andalan dia adalah rumah adat dari berbagai daerah, dan juga tempat ibadah. Kholik juga membuat aneka aksesoris berupa gantungan kunci, tempat ponsel, jam duduk, gelas bambu, dan aneka jenis aksesoris yang lain.

"Alhamdulillah laku juga, dan mulai banyak yang membeli," terangnya.

Karena ingin terus berkembang, Kholik dan beberapa pendekar dari berbagai perguruan di Guwoterus membentuk UKM Miniori. Mini artinya kecil, dan Ori adalah sebutan bambu lokal di Desa Guwoterus.

"Kami kemudian belajar bersama. Setelah bisa teman-teman melakukan produksi di rumah masing-masing," terang pesilat ini.

Meski belum genap setahun, UKM Miniori sekarang sudah diikuti sekitar 10 orang. Harga produk mereka bervariatif, mulai hanya puluhan ribu rupiah untuk aneka aksessoris, dan kisaran 700 ribu sampai 1 juta untuk miniatur rumah adat atau rumah ibadah.

Perlahan namun pasti, usaha kerajinan para pendekar itu terus berkembang. Selain mengandalkan pesanan melalui internet, jaringan pertemanan dan dipajang di tempat wisata, mereka sudah mulai banyak menerima pesanan dari individu ataupun lembaga yang tertarik.

"Kalau mau pesan miniatur rumah atau yang lain, cukup di foto dan kami akan membuatnya berdasarkan foto itu," terangnya.

Satu hal yang tidak pernah dilupakan para pendekar di sana. Selain harapan mengangkat ekonomi anggota dan warga, setiap usaha kerajinan ataupun yang lain selalu disisihkan untuk tabungan akhirat. Biasanya tabungan itu akan dikumpulkan dan dihitung bersama menjelang puasa guna kepentingan kegiatan sosial.

"Setiap satu produk terjual, langsung kami sisihkan untuk tabungan akhirat," kata Kholik. [pur/rom]

Bersambung...