Penambang Pasir Tradisional di Kali Kening Kian Menjamur

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Bekerja mencari pasir secara tradisional kian diminati. Terutama bagi warga di bantaran anakan sungai Bengawan Solo di Kabupaten Tuban bagian selatan atau Kali Kening.

Menjamurnya penambang pasir putih di aliran Kali Kening, disebabkan mahalnya pasir hitam dari Bengawan Solo. Sementara kualitasnya juga sama, tergantung campuran yang dipakai untuk bangunan. Maka, tidak sedikit warga yang memanfaatkan keadaan ini sebagai lapangan pekerjaan.

"Sulitnya mendapat pekerjaan di desa, mau tidak mau cari pasir di kali," ujar penambang pasir tradisional asal Desa Sidohasri, Kenduruan, Santo (19), Sabtu (22/4/2017).

Bersama satu rekan kerjanya, Santo mulai pukul 06.00 WIB sudah masuk ke kali untuk gogo (mengambil pasir) dengan cikrak bambu. Setelah menyelam dan mengeruk pasir di dasar sungai, pasir dinaikan ke tepi aliran sungai untuk mengurangi air, sebelum diangkat ke pinggir jalan.

"Berangkat pagi pulang hingga menjelang Magrib, dapat satu tepak sudah bersyukur," kata Santo.

Penambang lain, Dwi (35) menambahkan, satu tepak pasir putih ia bandrol dengan harga Rp100 ribu, itupun jika beruntung. Jika kurang beruntung, dua hari baru laku.

"Terkadang malah tiga hari baru laku, tergantung pasarnya. Jika banyak warga yang membangun, menjadi berkah buat kami," imbuh Dwi, saat ditemui di bantaran sungai sembari mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah.

Ketika ditanya mengapa memilih kerja sebagai penambang pasir tradisional, ia mengaku adanya pekerjaan di dekat rumah hanya menambang pasir. Sebab sawah juga tidak punya. Bahkan untuk mencukupi keluarga ia mencari tambahan kerja sebagai buruh ternak sapi milik tetangga.

"Alasan utama pilih cari pasir, pastinya bisa dekat keluarga dan bisa nyambi ternak di rumah," pungkas bapak satu anak itu. [rof/rom]