Limbah Kayu Jati, Sumber Rejeki Suwijianto

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Limbah tidak selamanya harus terbuang sia-sia. Bahkan bila jatuh di tangan pelaku seni, justru akan menjadi sumber rezeki. Seperti halnya yang dilakukan bapak satu anak asal Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini.

Adalah Suwijianto, pria yang lahir 31 tahun silam itu, sudah lima tahun bergelut menjalankan bisnis kerajinan dari limbah akar kayu jati. Menurut dia, limbah tak selamanya tidak berguna. Jika diolah dengan baik, sisa tebangan jati Perhutani itu bisa diubah menjadi beragam kerajinan bernilai ekonomi tinggi.

"Sudah lima tahun berjalan melakukan usaha seni limbah akar jati ini," ujar pria asal Desa Kumpulrejo yang kini tinggal di Desa Sidodadi, Bangilan itu, Sabtu (11/3/2017).

Dengan dibantu tiga orang pekerja, karya seni hasil ide kreatif dan tangan dingin mereka, beberapa benda bisa diciptakan, diantaranya kursi, meja, dipan, dan juga patung. Sebagian karyanya ia pasarkan ke daerah Bojonegoro, Jogjakarta, dan Jepara.

Di rumahnya yang berada di jalan raya Bojonegoro-Jatirogo KM 38 dapat ditemui tumpukan limbah akar kayu jati yang masih baru diambil, setengah jadi, dan siap kirim. Sebab selain ia gunakan tempat tinggal, rumah berbahan kayu jati tersebut sekaligus jadi rumah produksi.

Dikatakan Suwijianto, sebelumnya ia melakukan usaha seni limbah kayu jati tersebut, dirinya ikut salah satu pengusaha yang bergerak di bidang seni yang sama. Lantaran sudah berhenti, akhirnya ia mencoba membuka sendiri.

"Awal mulanya sama orang, akhirnya kini produksi sendiri," imbuhnya.

Harga kerajinan yang ia tawarkan beragam, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, disesuaikan dengan besar kacil dan tingkat kerumitan. Kreasi dan seni jadi nilai tersendiri, tidak jarang para konsumen berani membayar mahal hingga puluhan juta rupiah sesuai desain yang diinginkan.

Soal pemasaran hasil karya, ia berujar masih menemui kesulitan. Sebab selain dunia persaingan bisnis, teknologi, dan juga pemerintah menurutnya harus berkaitan erat bisa membantu mensukseskan usaha yang sudah susah payah ia rintis.

"Paling-paling saya hanya bisa memanfaatkan teman lewat mulut ke mulut. Harapan besar bisa berkembang pesat seperti di kota-kota lain," harapnya. [rof/rom]