Mbah Sukinah, 41 Tahun Tekuni Produksi Tempe

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Sejak tahun 1975 hingga sekarang, seorang nenek di Desa Ngawun, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban, menggeluti usaha membuat tempe secara manual. Meski tenaganya tidak sekuat saat masih muda, namun dalam sehari nenek tersebut bisa membuat kedelai sebanyak 15-20 kilogram menjadi tempe yang banyak diburu para pembeli.

Namanya Mbah Sukinah (67), nenek sembilan cucu itu lebih memilih memproduksi makanan dari bahan baku kedelai itu dengan cara manual, meski saat ini para produsen yang lain telah memproduksi tempe dengan peralatan yang modern.

Berhubung lima orang anak Mbah Sukinah telah berumah tangga dan tinggal jauh, kini ia hanya hidup dengan suaminya, yakni Supani. Saat dihampiri blokTuban.com di rumahnya, Mbah Sukinah sedang melakukan aktifitas sehari-hari memproses kedelai di dapur untuk dibuat jadi tempe.

Kepada blokTuban.com Mbah Sukinah menceritakan, awal mulanya ia membuat tempe serta tahapan-tahapan membuat tempe. Sebelumnya ia mengaku orang tuanya dulu adalah pembuat tempe, namun tidak untuk dijual, melainkan untuk dikonsumsi sehari-hari.

"Ndisik, wong tuwoku sering nggawe tempe dewe, terus aku njajal nggawe dewe. Bar ngono tak dol ne pasar (Dulu orang tua saya sering membuat tempe, lalu setelah tau proseanya saya mencoba membuat sendiri dan saya jual di pasaran)," kata Mbah Sukinah saat memproses tempe di dapur, Rabu (15/2/2017).

Dari situ, ia terus memproduksi tempe dengan manual, meski prosesnya begitu lama, namun selama ini tempe telah menjadi tumpuan rezekinya hingga kurang lebih 41 tahun.

"Pas ijek enom, nek dodolan tempe sampe' tok pasar Njojogan, Singgahan, Parengan, tapi sakiki muk ne pasar Njojogan tok, (Saat masih muda, saya berjualan di Pasar Njojogan, Singgahan, Parengan, namun sekarang hanya di pasar Njojogan saja)," terang Mbah Sukinah.

Ia mengaku dari penghasilanya membuat tempe tersebut, dalam sehari ia bisa memperoleh penghasilan hingga Rp50.000 setiap kali berjualan di pasar, namun penghasilan itu habis dipakai untuk kebutuhan sehari-hari untuk membeli lauk.

"Kanggo kulakan kedele, kadang ditukokno anakku seng neng adoh (Uang buat membeli kedelai terkadang diberi sama anak saya, yang bertempat di jauh)," tambahnya.

Mbah Sukinah menjelaskan, untuk menghasilkan tempe yang kualitasnya bagus, ia harus melakukan pemprosesan hingga satu hari dan menunggu matangnya untuk siap dijual selama dua hari. [hud/col]