Proyeksi Pasar Hasil Bumi dan Potensi Wisata Sejarah

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Hasil bumi yang melimpah, mulai dari buah sukun, jeruk, pisang, sampai aneka umbi-umbian menarik minat para tengkulak datang ke Desa Maindu, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Selama ini, para petani pun hanya bisa menikmati sedikit dari jerih payah mereka berkebun dan bertani.

Jumlah tengkulak liar yang datang ke Desa Maindu tidak hanya satu, namun bisa sampai puluhan orang setiap harinya. Mereka memburu hasil bumi dengan harga murah dan membawanya ke luar Desa Maindu untuk dijual dengan harga yang lebih mahal.

[Baca juga: Surga Hasil Bumi di Pegunungan Api Maindu ]

"Setiap hari, ada puluhan tengkulak yang datang ke Desa Maindu," jelas Kepala Desa (Kades) Maindu, Tulip Adi Tahar, kepada blokTuban.com.

Keberadaan tengkulak membuat petani tidak bisa berbuat banyak dengan harga hasil bumi. Untuk itulah, Pemerintah Desa (Pemdes) berkeinginan membuat pasar lelang di Desa Maindu yang khusus menampung hasil bumi petani. Dengan begitu, harga hasil bumi dan perkebunan bisa lebih memihak kepada petani.

Camat Montong, Agus Wijaya, mendukung rencana yang akan dilakukan Pemdes Maindu. Dia jelaskan desa tersebut memiliki potensi hasil bumi yang beragam. Keberadaan pasar lelang bisa membuat petani atau pekebun bisa langsung melakukan transaksi tanpa harus melalui tengkulak.

"Petani dan pekebun nantinya bisa langsung membawa hasilnya kepasar, dan tengkulak cukup datang kepasar hasil bumi itu," jelas Agus.


Api Abadi, Kolam Belanda, sampai Bumi Perkemahan


Desa Maindu, selain terkenal dengan hasil bumi juga mempunyai alam yang menarik. Desa yang terletak di ujung arah tenggara Kecamatan Montong itu punya beberapa potensi dan fenomena alam yang bisa memikat wisatawan.

Pertama adalah api abadi di Desa Maindu. Lokasinya berada sekitar 100 meter dari jalan raya desa setempat. Terletak di lahan seluas 6x12 meter di tengah area persawahan. Berada ditempat ini, kita bisa melihat api yang berkobar dan langsung muncul dari tanah. Api ini tidak pernah padam meskipun diguyur hujan deras.

"Biasanya ada yang memanfaatkan buat bersantai, bakar jagung, umbi, atau kacang sambil melihat pemandangan," jelas Nurhadi (45), seorang warga yang datang ke lokasi.

bakar-apiabadi1

Informasinya, api tersebut merupakan bekas pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina pada kisaran tahun 1978 sampai 1982. Belum diketahui kenapa pengeboran dihentikan dan tidak ada tindak lanjut sampai sekarang.

Selanjutnya adalah keberadaan kolam seluas 70x25 meter peninggalan Belanda ketika datang dan menjajah ke Tuban. Kolam tersebut dulunya dipakai untuk irigasi petani dan mampu mencukupi kebutuhan air pertanian di Desa Maindu.

Kolam ini pernah ditambal di tahun 2009, namun tidak lama kemudian bocor sehingga tidak dapat difungsikan dengan maksimal. Selain itu, lingkungan yang ada di sekitar kolam juga mengalami kerusakan sehingga debit air ikut menurun.

"Warga juga menginginkan kolam tersebut direnovasi dan dibangun waduk agar air dapat ditampung dan para petani bisa mengairi sawahnya di musim kemarau," harap Kades Maindu, Tulip Adi Tahar.

Terakhir adalah pesona alam yang berada tepat di kaki gunung Maindu. Keberadaan pohon rindang nan asri, mata air yang masih alami, menjadi daya pikat sebagai arena out bond dan bumi perkemahan. Diperlukan kerjasama tidak hanya Pemdes, namun juga Perhutani dan Pemda.

Camat Montong Agus Wijaya mengatakan di Desa Maindu terdapat tempat yang srategis sebagai tempat untuk outbound, dan ini masih membutuhkan rencana yang komplek, dan perencanaan ke depan Pemerintah Kecamatan akan bersama-sama dengan Pemdes.

"Perencanaan kedepan menjadi wisata dan Bumi Perkemahan serta sebagai outbound," pungkasnya.[hud/ito]

Biografi Desa

Batas Wilayah
Bagian Utara: Desa Jetak, Kecamatan Montong
Bagian Timur: Desa Waleran Kecamatan Grabagan
Bagian Selatan: Desa Klumpit, Kecamatan Soko
Bagian Barat:Desa Bringin, Kecamatan Montong

Luas Wilayah: 1.700 Hektar

Jumlah Penduduk
Laki-laki: 1957
Perempuan: 1841
Total: 3798
Kepala Keluarga (KK): 1035