INSIST Bidik Problem Sampah Pesisir

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Indonesian Society for Social Transformation (INSIST), Yogyakarta, dengan prakarsa ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menggelar penguatan kapasitas berbasis sekolah lapang bagi masyarakat nelayan di Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.

Sekolah lapang ini, mempunyai tujuan memahami problematika sampah di lingkungan warga. Mulai dari proses pengenalan jenis sampah, permasalahan sampah, sampai dengan cara pemecahan masalah dan juga bagaimana cara melakukan pengolahan.

Sebelum melakukan sekolah lapang, tim INSIST harus melakukan survey rumah tangga nelayan dan juga melakukan assesment. Survey rumah tangga dilakukan tim peneliti untuk mengetahui aspek ekonomi seperti pendapatan dan pekerjaan, aset rumah tangga semisal alat kebersihan, MCK, pendidikan, kesehatan, jaring pengaman sosial semisal keterlibatan organisasi masyarakat atau desa, dan juga lingkungan berupa dimana mereka membuang sampah, bagaimana memperlakukan sampah rumah tangga, dan juga sumber air bersih.

"Survey kami lakukan selama satu bulan dengan melibatkan 96 rumah tangga di Desa Karangagung sebagai koresponden," kata Peneliti INSIST, Achmad Choirudin S.IP, kepada blokTuban, Sabtu (26/3/2016).

Setelah melakukan survei, observasi, dan wawancara baik dengan aktor penting masyarakat dan warga biasa, ditemukan salah satu aspek penghidupan warga Karangagung yang menjadi problem serius ialah terkait lingkungan. Hasil tersebut sudah dipresentasikan di hadapan Pemerintah Desa (Pemdes) dan perwakilan warga.

"Sebagaimana pemukiman padat pada umumnya, problem sampah senantiasa mengemuka. Desa ini belum memiliki sistem pengelolaan sampah. Sebagian besar warga membuang sampah ke laut, sungai, dan tambak juga tanah lapang," kata Udin, sapaan karib peneliti ini.

Problem sampah diakui nelayan berhimbas pada ekosistem dan biota laut. Warga tidak lagi bisa mencari ikan di pinggiran laut. Mereka harus lebih ke tengah laut agar bisa mendapatkan hasil tangkap.

Selain itu, tambak ikan yang menjadi aset desa juga tidak produktif. Karena banyak juga sampah yang dibuang disini. Selain itu, banyak industri pengolahan ikan yang membuang limbah di lingkungan pemukiman dan menyebabkan polusi udara.

Peneliti sudah mengemukakan hal ini ke Pemdes Karangagung. Bahkan, Pemdes Karangagung juga merasakan hal yang sama. Pemdes sempat beberapa kali berusaha kordinasi mengenai masalah sampah, tetapi belum mendapatkan solusi pemecahannya sampai sekarang.

"Setelah INSIST memaparkan temuan survei, disepakati bahwa INSIST akan mencoba untuk memfasilitasi proses-proses pemecahan masalah tersebut melalui pendampingan sekolah lapang," terang Udin.

Sekolah lapang ini merupakan rangkaian dari program “Pengembangan Penghidupan Alternatif melalui Penguatan Kapasitas Berbasis Sekolah Lapang bagi Masyarakat Nelayan di Desa Karangagung, Kec. Palang, Kab. Tuban, Jawa Timur”.

Digelar mulai tanggal 25 Maret 2016 sampai tanggal 28 Maret 2016 di Balai Desa Karangagung. Beberapa materi yang akan disampaikan di sekolah lapang atau workshop itu meliputi analisis modal sosial dan penghidupan alternatif, penguatan kapasitas berbasis sekolah lapangan, dan juga special intervention activity. Sekolah lapang tersebut diikuti perangkat desa dari tiga dusun, sekretaris desa, pendidik dari lembaga pendidikan dasar dari PAUD, TK, SD/MI, dan juga tokoh masyarakat Desa Karangagung. [pur/ito]