Adik Yuanita, 22 Tahun Lumpuh belum Tersentuh Pemerintah

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Ahmad Ardiansyah (22), hanya bisa terbaring lemah. Pemuda ini mengidap lumpuh sejak dilahirkan. Badannya lemah, menyisakan tulang dan kulit. Selama ini, semua aktivitas yang dia lakukan bergantung kepada kedua orangtuanya.

Berbaju hijau dan celana pendek warna merah. Ardiansyah tergeletak di kamar sederhana miliknya. Dia langsung bersembunyi di bawah ketiak ayahnya begitu blokTuban.com menghampiri. Sementara sang Ayah, butuh waktu cukup lama untuk menahan haru. Sebelum bisa bercerita secara gamblang mengenai nasib yang menimpa anaknya.

Selama berbincang, bibirnya ikut menggumam kata yang tak jelas. Hanya orang tuanya yang bisa mengerti. Sesekali,  Ardiansyah tampak mengambil botol dot berisi susu dan meminum layaknya bayi. Sebab, dia tidak bisa minum dengan gelas biasa.

"Adiknya ini menderita tulang layu," jelas orang tua Ardiansyah, Sunarko (55), kepada blokTuban.com, Jumat (15/1/2016).

Ahmad Ardiansyah, adalah adik kandung dari Yuanita Wulansari (28), perempuan yang menghilang bersama suaminya, Patria Budi Setyawan (30) dan mengajak serta anaknya Jessica Avril Setyawardhana yang masih berusia 4,5 tahun. Sudah beberapa bulan keluarga kecil ini pergi ke Kalimantan dan diduga ikut bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Perempuan yang juga tercatat sebagai mahasiswi di salah satu kampus di Tuban ini, memang pernah mengajak semua keluarganya turut serta ke Kalimantan. Tetapi orang tuanya melarang dengan alasan kasihan dengan nasib adik kandungnya.

"Saya bilang kepada Yuanita, apa kamu tidak kasihan dengan nasib adik kamu?" kenang Sunarko, sebelum Yuanita berangkat Oktober 2015 lalu dan tidak kembali sampai sekarang.

Sunarko bercerita, beragam pengobatan telah dilakukan agar Ardiansyah bisa sembuh. Mulai dari cara medis termasuk dengan membawanya ke dokter ahli tulang di Solo, sampai dengan berbagai macam cara pengobatan alternatif.

Hasil pemeriksaan medis, ada kesalahan saraf dari tulang belakang yang mengenai otak Ardiansyah. Sehingga pertumbuhan pemuda ini tidak bisa normal.

"Mulai dari dokter, tabib, sampai kyai kami ikhtiarkan. Agar adiknya ini bisa sembuh dan bermain seperti anak-anak yang lain," katanya.

Sebelumnya, pertumbuhan Ardiansyah normal sampai dia balita. Bahkan badannya gemuk dan sudah bisa berjalan. Tetapi, mendadak saja anaknya hanya terduduk dan tidak bisa berdiri, juga kondisinya semakin menurun drastis.

Awalnya, orang tua Ardiansyah masih sanggup untuk membawa berobat. Berbagai rumah sakit dan pengobatan alternatif di berbagai kota dia datangi. Mahalnya pengobatan menjadikan harta benda abis, termasuk rumah yang pernah mereka tinggali. Beruntung, Yuanita bisa membeli rumah meski dengan cara kredit, sehingga nasib mereka tertolong di rumah sederhana yang ada di Jalan Cendana III, nomor 23 di Perumahan Tasikmadu, Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.

"Dulu masih muda saya bekerja dan semuanya bisa saya jual untuk biaya berobat, sekarang saya sudah tua dan biarlah kami rawat sebisanya," kata Sunarko.

Ibunda Ardiansyah, Titik Mudiarti (45), menceritakan, Ardiansyah nyaris meninggal dunia, karena lahir prematur di usia kandungan 8 bulan. Tetapi Tuhan masih memberi kesempatan bisa bernafas, meski belum berada di rumah sakit.

"Pas dengar Adzan Subuh dia bergerak, kami langsung lari ke rumah sakit agar Ardiansyah bisa di inkubator," kata Titik.

Pasca menderita lumpuh, Ardiansyah selalu digendong kedua orang tuanya. Bahkan sampai dia berusia 14 tahun Ibunya selalu mengajak kemanapun dia pergi.

"Kalau sekarang dia bergerak bagaimanapun, kami sudah paham dia ingin makan, buang air, atau memang badannya lagi sakit," terang Titik.

Akhir perbincangan, Ardiansyah tampak nyaman di pelukan Sunarko, Ayahnya. Kasih orang tua memang tak pernah lekang dalam kondisi bagaimanapun. [pur/rom]