Supriyati, Pelopor Berdirinya Bank Sampah Delima

Repoter: Ahmad Syahid

blokTuban.com - Bagi warga Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, nama Supriyati tak asing lagi. Ibu dua anak ini seringkali kedatangan tamu, baik untuk belajar ataupun yang hanya sekadar ingin melihat aktivitas yang dilakukan di rumahnya. Apa itu? yakni pemilahan sampah. Rumah Supriyati sejak bulan Februari 2014 silam digunakan sebagai swadaya masyarakat dalam mengumpulkan hasil sampah keluarga yang sengaja ditabung warga sekitar untuk mendapatkan jimpitan atau tunjangan hari raya.

Untuk menuju ke rumahnya yang berada di Desa Banyu Urip, RT 01, RW 03, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban cukup mudah. Sebab, ketika sudah sampai di Senori atau Desa Banyu Urip, nama Supriyati sudak tak asing lagi dan dijamin akan mengetahuinya. Namun yang menjadi kendala adalah akses infrastrukturnya. Apabila dijangkau dari Kabupaten/Kota Tuban, maka jaraknya sekitar 60 hingga 70 Km, karena jalan yang berliku-liku dan penuh tanjakan, maka untuk mencapai lokasi butuh waktu lebih dari 1 jam.

Supriyati, merupakan salah satu tokoh sentral di Desa Banyu Urip. Selain sebagai penggerak Bank Sampah Delima, juga sebagai ketua di Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa setempat, serta terlibat aktif di berbagai kegiatan sosial desa.

Saat blokTuban.com berkunjung ke rumahnya, sosok Ibu yang ramah serta murah senyum itu langsung menyambut untuk segera mempersilahkan duduk, dan megawali pembicaraan dengan gaya humorisnya. Wanita yang lahir di Tuban, 10 April 1967 ini sangat begitu ramah kepada setiap tamu yang datang. Bahkan seringkali ada tamu yang melakukan kunjungan kerja untuk melihat aktivitas Bank Sampah Delima ini hingga beberapa bus, sehingga otomatis rumahnya pun penuh.

Dari ceritanya, Ibu 3 anak ini sebelum membuat Bank Sampah, diajak study banding oleh PT Pertamina EP 4 Field Cepu bersama ibu-ibu yang lain, setelah pulang dari kegiatan tersebut, Supriyati punya keinginan untuk mengembangkan di desanya bersama ibu-ibu rumah tangga yang lain. "Agar mereka juga memiliki penghasilan yang lebih, meskipun hanya di rumah" jelasnya.

Dalam menggerakkan anggotanya, Supriyati bisa dianggap berhasil. Sebab anggota awalnya hanya 20 orang, kini sudah mencapai 120. Supriyati sangat membuka lebar bagi siapapun yang ingin gabung bersamanya dalam mengelola sampah, agar tidak menjadi sekadar limbah yang terbuang sia-sia, bahkan mengotori dan mencemari lingkungannya. Sebab berkat kegigihan dan semangat, hasil iuran setiap minggunya Rp1000 dari pengumpulan sampah saat menjelang hari raya kemarin bisa menjadi Rp.62 juta.

"Setelah tutup buku pada hari raya kemarin, saat ini mulai dari bulan Agustus hingga sekarang uang anggota sudah terkumpul Rp.56 juta," ujar wanita alumnus SMEA Cepu itu.

Pada dasarnya yang ia galakkan adalah cinta lingkungan, Supriyati sadar bahwa sampah akan mengganggu bila tidak dimanfaatkan dengan betul. Sehingga saat ini lingkunganyapun menjadi bersih dan terawat. Terlebih bisa menghasilkan uang yang cukup besar. Ini yang menjadi semangat ibu-ibu Desa Banyu Urip untuk mengembangkan lagi Bank Sampah di desanya, agar lebih maju lagi.

Untuk mengisi waktu luang, masih kata Supriyati, di rumahnya juga sering dilakukan kegiatan belajar bersama, seperti membuat kue, membuat makanan, mengolah limbah menjadi barang-barang yang bernilai jual tinggi, membuat  tanaman polibek hingga melakukan proses simpan pinjam bagi ibu-ibu, yang bunganya sangat kecil, serta menginspirasi home industri. Saat ini pula sudah ada sekitar 20 kegiatan produksi kripik di Desa Banyu Urip.

"Saya terharu saja dengan semangat para pengurus, sehingga saya juga harus memaksimalkan Bank Sampah ini, sebab para pengurus rela untuk door to door mengambil sampah para anggotanya. Dan ini dilakukan secara sosial, tidak ada gajianya," ungkap putri dari Bapak Sujak tersebut.

Pihaknya berharap, semoga ada generasi yang nantinya peduli dengan lingkungan dan mengembangkan potensi lokal desa, agar bisa memberdayakan warga sekitar, juga pemerintah lebih pro aktif membantu desa-desa untuk membuat Bank Sampah atau pengembangan lainnya. "Yang penting masyarakat bisa produktif dan bisa berdaya saing, serta mencintai lingkungannya. Semoga langkah kita bermanfaat, karena sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesama," pungkas Supriyati kepada bT, sebutan blokTuban.com. [hid/rom]